Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

DNA Rekombinan dan Teknik-teknik yang Digunakan di Dalamnya

0
DNA Rekombinan dan Teknik-teknik yang Digunakan di Dalamnya
DNA Rekombinan dan Teknik-teknik yang Digunakan di Dalamnya

Sejak tahun 1970-an berkembang suatu teknologi yang dapat diterapkan sebagai pendekatan dalam mengatasi masalah melalui isolasi dan manipulasi terhadap gen yang bertanggung jawab atas ekspresi protein tertentu atau pembentukan suatu produk. Teknologi ini dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan atau juga bisa disebut rekayasa genetika.

ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula dikatakan sebagai kloning gen. Banyak definisi telah diberikan untuk mendeskripsikan pengertian teknologi DNA rekombinan. Salah satu di antaranya, yang mungkin paling representatif, menyebutkan bahwa teknologi DNA rekombinan adalah pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel organisme lain yang berperan sebagai sel inang.

Dengan kata lain teknologi DNA rekombinan memungkinkan bagi kita untuk mengisolasi DNA dari berbagai organisme, menggabungkan DNA yang berasal dari organisme yang berbeda sehingga terbentuk DNA rekombinan, memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel organisme prokariot maupun eukariot hingga DNA rekombinan dapat berepilkasi dan bahkan dapat diekspresikan. Jadi, Teknologi DNA Rekombinan merupakan kumpulan teknik atau metoda yang digunakan untuk mengkombinasikan gen-gen di dalam tabung reaksi. Teknik-teknik tersebut meliputi: Teknik untuk mengisolasi DNA, Teknik untuk memotong DNA, Teknik untuk menggabung atau menyambung DNA, dan Teknik untuk memasukkan DNA ke dalam sel hidup.

Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertanian

0
Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertanian
Penerapan Bioteknologi di Bidang Pertanian

Sekarang, kita melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan pengobatan.

Di bidang pertanian, bioteknotogi telah berperan dalam menghasilkan tanaman tahan hama, bahan pangan dengan kandungan gizi lebih tinggi dan tanaman yang menghasilkan obat atau senyawa yang bermanfaat. 

Beberapa produk bioteknologi yang diterapkan di bidang pertanian, antara lain: 1) Bibit tanam unggul, 2) Biofertilizer, 3) Biodecomposer, 4) Biocontrol, dan 5) BioStarter.

Pro dan Kontra Tanaman Transgenik

1
Pro dan Kontra Tanaman Transgenik
Pro dan Kontra Tanaman Transgenik

Tanaman Transgenik adalah tanaman yang di dalamnya mengandung gen hasil transformasi. Gen yang ditransformasikan tersebut bisa berasal dari spesies yang sama atau spesies yang berbeda, bahkan bisa berasal dari organisme yang berbeda. Istilah lain untuk organisme transgenik adalah Genetically Modified Organism (GMO). Khusus untuk tanaman yaitu Genetically Modified Plants atau Genetically Engineered Plants.

Beberapa contoh tanaman transgenik yaitu Jagung Bt, Kedelai Bt, dan Kapas Bt yang tahan hama dan toleran herbisida. Dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu. Dari sinilah muncul pro dan kontra terhadap tanaman transgenik.

Penerapan Bioteknologi dalam Bidang Peternakan

0
Selama kurang lebih empat dasawarsa terakhir, kita melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi. Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari bidang pertanian, peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan pengobatan.

Di bidang peternakan dan perikanan, teknologi transgenik merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam bidang peternakan, yaitu: Kloning, Inseminasi Buatan, Penggunaan Enzim Fitase, dan Transgenik Mikroinjeksi.

Keberhasilan Kloning pada Berbagai Spesies Hewan

0
Kloning merupakan salah satu bioteknologi mutakhir  yang sangat bermanfaat untuk memultiplikasi genotip hewan yang memiliki keunggulan tertentu dan preservasi hewan yang hampir punah. Walaupun keberhasilan produksi hewan kloning  lewat transfer inti sel somatik telah dicapai pada berbagai spesies, seperti Domba, Sapi, Mencit, Kambing, Babi, Kucing, dan Kelinci, efisiensinya sampai sekarang masih sangat rendah yaitu kurang dari 1%, dengan sekitar 10% yang lahir hidup (Han et al., 2003).

Transfer inti melibatkan suatu seri prosedur yang kompleks termasuk kultur sel donor, maturasi oosit in vitro,  enukleasi, injeksi sel atau inti, fusi, aktivasi, kultur in vitro reconstructed embryo, dan  transfer embrio. Jika salah satu dari tahap-tahap ini kurang optimal, produksi embrio atau  hewan kloning dapat terpengaruh.

Sejarah tentang hewan kloning telah muncul sejak awal tahun 1900, tetapi contoh  hewan kloning baru dapat dihasilkan lewat  penelitian Wilmut et al. (1997), dan untuk  pertama kali membuktikan bahwa kloning dapat dilakukan pada hewan mamalia dewasa. Hewan kloning tersebut dihasilkan dari inti sel epitel ambing Domba dewasa yang dikultur  dalam suatu medium, kemudian ditransfer ke dalam ovum Domba yang kromosomnya telah  dikeluarkan, yang pada akhirnya menghasilkan anak Domba kloning yang diberi nama Dolly.

Enzim Fitase dan Penggunaannya dalam Peternakan

0
Enzim Fitase dan Penggunaannya dalam Peternakan
Enzim Fitase dan Penggunaannya dalam Peternakan


Fitase adalah kelompok enzim fosfatase yang dapat memutus ikatan pada gugus orotfosfat pada rantai inositol senyawa fitat (bentuk utama senyawa fosfor di dalam tanaman). Berbagai jenis fitase telah berhasil diisolasi dari tanaman dan bakteri. Enzim-enzim ini kemudian dapat dikelopokkan berdasarkan pH optimumnya (asam dan basa), mekanisme katalitiknya (asam histidin fosfatase, beta-propeller fitase dan sistein fosfatase), berdasarkan stereospesifitasnya.

Fitase aktif asal mikroba banyak ditemukan pada spesies fungi dan aspergillus. Shieh dan Ware (1968), menyatakan bahwa hasil penyaringan pada isolat tanah terdapat lebih dari 2000 mikroorganisme yang mampu menghasilkan enzim fitase. Dari isolat tersebut kebanyakan memproduksi fitase intraselluler. Sedangkan 30 isolat adalah fitase ekstraselluler.Fitase terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan, mikroorganisme dan jaringan tubuh ternak. The Enzym Nomenclature of The International Union of Biochemistry” menggolongkan fitase ke dalam dua tipe. Klasifikasi tersebut adalah 6 - fitase (EC 3.1.3.26) dan fitase 3 - fitase (EC 3.1.3.8). Fitase dalam saluran pencernaan berasal dari : 1). Fitase usus yang terdapat dalam saluran pencernaan, 2) fitase asal tumbuhan dan 3) fitase asal mikroba.

Mengenal Arti Simbol Segitiga Recycle di Kemasan Plastik

0
Arti Simbol di Kemasan Plastik
Arti Simbol di Kemasan Plastik


Pernahkah melihat simbol-simbol di benda berbahan plastik seperti pada kemasan air mineral, kotak bekal makanan, atau alat makan berbahan plastik? Biasanya simbol-simbol ini berada di sisi bawah benda yang terbuat dari plastik tersebut. Simbol itu berbentuk segitiga recycle yang di dalamnya terdapat angka.

Awalnya, saya kira simbol itu menunjukkan jumlah pemakaian kemasan itu. Misal ada simbol segitiga recycle dengan angka 1 berarti hanya boleh digunakan sekali saja. Atau simbol segitiga recycle dengan angka 3 berarti hanya boleh digunakan tiga kali, setelah itu tidak boleh digunakan lagi. Ternyata saya salah, simbol recycle segitiga berisi angka itu adalah kode atau simbol kandungan bahan kimia pada benda-benda berbahan plastik tersebut.

Simbol-simbol itu awalnya dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di Amerika Serikat. Sekarang simbol-simbol itu diadopsi oleh lembaga-lembaga pengembangan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization). Secara general, simbol-simbol itu digunakan sebagai tanda pengenal plastik dengan ketentuan:

1. Berada atau terletak di bagian bawah
2. Berbentuk segitiga
3. Di dalam segitiga tersebut terdapat angka
4. Serta nama jenis plastik di bawah segitiga

Simbol recycle menunjukkan jenis bahan yang digunakan untuk membuat materi. Simbol ini dibentuk berdasar atas sistem internasional koding Plastik dan lazim digambarkan sebagai angka (dari 1 sampai 7) dilingkari dengan segitiga atau loop segitiga biasa (juga dikenal sebagai Mobius loop), dengan akronim dari bahan yang digunakan, tepat di bawah segitiga.

Berikut ini adalah simbol-simbol yang ada di kemasan atau benda yang terbuat dari plastik beserta penjelasannya:

1. PETE / PET (Polyethylene Terephthalate)

PETE / PET (Polyethylene Terephthalate)
PETE / PET (Polyethylene Terephthalate)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 1 di dalamnya dan tulisan PETE atau PET di bawahnya. Kode atau simbol ini sering kita jumpai pada botol plastik yang transparan seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya.

Plastik jenis PETE / PET dibuat menggunakan bahan yang disebut dengan antimoni trioksida. Terkontaminasi senyawa ini dalam periode yang lama bisa mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi wanita, senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, dan gangguan pertumbuhan bayi hingga usia 12 bulan.

Jika terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, maka akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik yang dapat memicu Kanker. Oleh karena itu, kemasan plastik dengan kode PETE / PET ini direkomendasikan hanya sekali pakai saja.

Plastik jenis PETE / PET ini bisa digunakan lagi dengan daur ulang dan dibuat menjadi tikar, serat, karpet, atau benda kerajinan tangan. Permintaan untuk jenis plastik ini di antara komunitas pendaur ulang plastik relatif banyak, tetapi saat ini tingkat daur ulang untuk bahan ini tetap rendah hanya sebesar 20%.


2. HDPE (High Density Polyethylene)

HDPE (High Density Polyethylene)
HDPE (High Density Polyethylene)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 2 di dalamnya dan tulisan HDPE di bawahnya. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, dan juga galon air minum.

Bahan plastik jenis HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan lama terhadap suhu tinggi. Sehingga, HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena memiliki kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik dengan makanan atau minuman yang dikemasnya.

Sama seperti PETE, HDPE juga mengandung senyawa antimoni trioksida yang akan mengalami pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Sehingga, penggunaan kemasan plastik dengan kode HDPE ini direkomendasikan hanya sekali pakai saja.


3. V / PVC (Polyvinyl Chloride)

V / PVC (Polyvinyl Chloride)
V / PVC (Polyvinyl Chloride)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 3 di dalamnya dan tulisan HDPE di bawahnya dan terkadang diberi warna merah. Huruf V diartikan sebagai PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol.

V / PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemasnya. DEHA akan lumer pada suhu -15° C. Reaksi yang terjadi antara V / PVC dengan makanan yang dikemasnya bisa berpotensi berbahaya untuk ginjal dan hati karena mengandung klorin dan bersifat toxin. Oleh karena itu, tidak dianjurkan menyimpan makanan dan minuman dengan kemasan plastik yang bersimbol 3 ini.

Bahan plastik dengan simbol 3 ini juga dapat diolah kembali menjadi mudflaps, panel, tikar, atau barang lainnya.


4. LDPE (Low Density Polyethylene)

LDPE (Low Density Polyethylene)
LDPE (Low Density Polyethylene)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 4 di dalamnya dan tulisan LDPE di bawahnya. LDPE merupakan plastik tipe thermoplastic yang dibuat dari minyak bumi. Plastik jenis ini biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol yang lembek, dan mebel.

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60° C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik.

Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini. Plastik ini dapat didaur ulang dengan banyak cara, misalnya dilarutkan ke dalam kaleng, keranjang kompos dan landscaping tiles.

5. PP (Polypropylene)

PP (Polypropylene)
PP (Polypropylene)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 5 di dalamnya dan tulisan PP di bawahnya. Plastik jenis PP memiliki karakter transparan agak berawan, lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, serta stabil terhadap suhu tinggi.

Plastik jenis PP merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik, terutama untuk penyimpanan makanan dan minuman seperti tempat bekal makan, botol minum, dan botol minum untuk bayi. Untuk itu, gunakan kemasan plastik dengan kode angka 5 untuk menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman.

Plastik jenis PP dapat diolah kembali menjadi garpu, sendok, sumpit, sapu, nampan, atau lainnya.


6. PS (Polystyrene)

PS (Polystyrene)
PS (Polystyrene)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 6 di dalamnya dan tulisan PS di bawahnya. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, atau yang lainnya. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Jika didaur ulang, maka bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga. PS mengandung benzene, suatu zat penyebab kanker dan tidak boleh dibakar. Bahan ini diolah kembali menjadi isolasi, kemasan, pabrik tempat tidur, dan lain-lain.


7. OTHER (Polycarbonate)

OTHER (Polycarbonate)
OTHER (Polycarbonate)

Kode atau simbol plastik ini berbentuk segitiga recycle dengan angka 6 di dalamnya dan tulisan OTHER di bawahnya. Ada 4 macam jenis plastik berkode angka 7 ini, yaitu: SAN styrene acrylonitrile, ABS acrylonitrile butadiene styrene, PC polycarbonate, dan Nylon. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa. Merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.

PC atau nama Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula. PC Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas. Dianjurkan tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman.

Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan, entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas.

Tidak semua plastik nomor 7 adalah polikarbonat, bahkan ada sedikit yang berbahan nabati. Palikarbonat masih menjadi perdebatan dalam beberapa tahun terakhir, karena ditemukan pada saat mencuci BPA (bisphenol A), menjadi bahan hormon pengganggu kehamilan dan pertumbuhan janin.


Ternyata, simbol segitiga recycle ini pada dasarnya dirancang untuk membantu pusat daur ulang untuk mempermudah memisahkan jenis bahan plastik. Tetapi pengetahuan dasar tentang simbol ini juga dapat membantu kita dalam memastikan apakah barang plastik di rumah aman untuk kita dan anak-anak kita.


Tips Aman Menggunakan Plastik
  • Cegah penggunaan botol susu bayi dan cangkir bayi (dengan lubang penghisapnya) berbahan polycarbonate, cobalah pilih dan gunakan botol susu bayi berbahan kaca, polyethylene, atau polypropylene. Gunakanlah cangkir bayi berbahan stainless steel, polypropylene, atau polyethylene. Untuk dot, gunakanlah yang berbahan silikon, karena tidak akan mengeluarkan zat karsinogenik sebagaimana pada dot berbahan latex. Jika penggunaan plastik berbahan polycarbonate tidak dapat dicegah, janganlah menyimpan air minum ataupun makanan dalam keadaan panas.
  • Hindari penggunaan botol plastik untuk menyimpan air minum. Jika penggunaan botol plastik berbahan PET (kode 1) dan HDPE (kode 2), tidak dapat dicegah, gunakanlah hanya sekali pakai dan segera dihabiskan karena pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu. Bahan alternatif yang dapat digunakan adalah botol stainless steel atau kaca.
  • Cegahlah memanaskan makanan yang dikemas dalam plastik, khususnya pada microwave oven, yang dapat mengakibatkan zat kimia yang terdapat pada plastik tersebut terlepas dan bereaksi dengan makanan lebih cepat. Hal ini pun dapat terjadi bila kemasan plastik digunakan untuk mengemas makanan berminyak atau berlemak.
  • Bungkuslah terlebih dahulu makanan dengan daun pisang atau kertas sebelum dibungkus dengan plastik pembungkus ketika akan dipanaskan di microwave oven.
  • Cobalah untuk menggunakan kemasan berbahan kain untuk membawa sayuran, makanan, ataupun belanjaan dan gunakanlah kemasan berbahan stainless steel atau kaca untuk menyimpan makanan atau minuman
  • Cegah penggunaan piring dan alat makan plastik untuk masakan. Gunakanlah alat makan berbahan stainless steel, kaca, keramik, dan kayu.
  • Kurangi penggunaan plastik!



sumber:
http://al-atsariyyah.com/arti-simbol-pada-kemasan-plastik.html
http://klikmunadi.blogspot.com/2012/03/arti-7-simbol-daur-ulang-pada-plastik.html
http://mx.tupperware.co.id/Pages/ListBahanProduct.aspx?ID=Y1rxmWqCJ766cOYtta4sOA==&Page=1
http://ubaypunya.blogspot.com/2012/04/arti-kode-pada-kemasan-plastik.html
http://www.berbagaihal.com/2011/04/arti-simbol-pada-botol-kemasan-dari.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Plastik

Aksiologi dan Penerapannya dalam Pendidikan

0
Aksiologi dan Penerapannya dalam Pendidikan
Aksiologi dan Penerapannya dalam Pendidikan


Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu axios dan logos. Kata axios berarti nilai sedangkan logos berarti teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Menurut Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.


Aksiologi Sains

Kegunaan Pengetahuan Sains
Secara umum teori berarti pendapat yang beralasan, sekurang-kurangnya kegunaan teori Sains ada tiga yaitu sebagai alat membuat eksplanasi, menurut teori Sain anak-anak yang orang tuanya cerai, pada umumnya akan berkembang menjadi anak nakal, penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya; sebagai alat peramal, saat membuat eksplanasi, biasanya ilmuwan telah mengatahui juga faktor penyebab terjadinya gejala itu, dengan “mengutak-atik” faktor penyebab itu, ilmuwan dapat membuat ramalan atau prediksi; sebagai alat pengontrol.

Cara Sains Menyelesaikan Masalah
Adapun caranya adalah mengidentifikasi masalah, mencari penyebab terjadinya masalah tersebut, mencari cara untuk memperbaiki masalah

Netralitas Sains
Artinya sain tidak memihak pada kebaikan dan juga tidak memihak pada kejahatan.

Aksiologi dan Pendidikan

Hubungan Antara Aksiologi dengan Pendidikan
Aksiologi mempelajari mengenai manfaat apa yang diperoleh dari ilmu pengetahuan,menyelidiki hakikat nilai,serta berisi mengenai etika dan estetika.Penerapan aksiologi dalam pendidikan misalnya saja adalah dengan adanya mata pelajaran ilmu sosial dan kewarganegaraan yang mengajarkan bagaimanakah etika atau sikap yang baik itu,selain itu adalah mata pelajaran kesenian yang mengajarkan mengenai estetika atau keindahan dari sebuah karya manusia.  Dasar Aksiologis Pendidikan adalah Kemanfaatan teori pendidikan tidak hanya perlu sebagai ilmu yang otonom tetapi juga diperlukan untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan manusia secara beradab.

Aksiologi Filsafat Pendidikan
Secara historis, istilah yang lebih umum dipakai adalah etika (ethics) atau moral (morals). Tetapi dewasa ini, istilah axios (nilai) dan logos (teori) lebih akrab dipakai dalam dialog filosofis. Jadi, aksiologi bisa disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and ends).

Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Ia bertanya seperti apa itu baik (what is good?). Tatkala yang baik teridentifikasi, maka memungkinkan seseorang untuk berbicara tentang moralitas, yakni memakai kata-kata atau konsep-konsep semacam “seharusnya” atau “sepatutnya” (ought/should). Demikianlah aksiologi terdiri dari analisis tentang kepercayaan, keputusan, dan konsep-konsep moral dalam rangka menciptakan atau menemukan suatu teori nilai.

Terdapat dua kategori dasar aksiologis; 1) objectivism dan 2) subjectivism. Keduanya beranjak dari pertanyaan yang sama: apakah nilai itu bersifat bergantung atau tidak bergantung pada manusia (dependent upon or independent of mankind)? Dari sini muncul empat pendekatan etika, dua yang pertama beraliran obyektivis, sedangkan dua berikutnya beraliran subyektivis.

Pertama, teori nilai intuitif (the initiative theory of value). Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang bersifat ultim atau absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang ultim atau absolut itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif.

Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tata moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antarobyek, dan validitas dari nilai obyektif ini tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi-preskripsi moralnya.

Kedua, teori nilai rasional (the rational theory of value). Bagi mereka janganlah percaya pada nilai yang bersifat obyektif dan murni independen dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia dan pewahyuan supranatural. Fakta bahwa seseorang melakukan sesuatu yang benar ketika ia tahu dengan nalarnya bahwa itu benar, sebagaimana fakta bahwa hanya orang jahat atau yang lalai yang melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu Tuhan. Jadi dengan nalar atau peran Tuhan, seseorang menemukan nilai ultim, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.

Ketiga, teori nilai alamiah (the naturalistik theory of value). Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan, dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolut atau ma’sum (infallible) tetapi bersifat relatif dan kontingen. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi (kebutuhan/keinginan) manusia.

Keempat, teori nilai emotif (the emotive theory of value). Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan faktual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi-emosi atau tingkah laku (attitude). Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverifikasi, sekalipun diakui bahwa penilaian (valuing) menjadi bagian penting dari tindakan manusia.

Kegunaan Aksiologi Terhadap Tujuan Ilmu Pengetahuan
Berkenaan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah wajah dunia.

Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Suriasumatri yaitu bahwa “pengetahuan adalah kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagi pula ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam menggunakannya.

Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, yaitu filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.

Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu; filsafat sebagai pandangan hidup.

Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan; Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas. Penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.

Penerapan Aksiologi dalam Pendidikan

Telah dijelaskan pada tulisan sebelumnya bahwa aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan (Kattsoff, 1992:327)  atau studi tentang hakikat tertinggi, realitas, dan arti dari nilai-nilai (Sarwan, 1984:22). Penerapan aksiologi sebagai nilai-nilai dalam dunia pendidikan dapat dikemukakan sebagai berikut:

Aliran filsafat progressivisme telah memberikan sumbangan yang besar terhadap dunia pendidikan karena meletakkan dasar-dasar kemerdekaan, dan kebebasan kepada anak didik. Oleh karena itu, filsafat ini tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab pendidikan otoriter akan mematikan potensi pebelajar untuk mengembangkan potensinya.

Untuk itu pendidikan sebagai alat untuk memproses dan merekonstruksi kebudayaan baru yang memberikan warna dan corak dari kreasi yang dihasilkan dari situasi yang tercipta secara edukatif.

Setiap pebelajar mempunyai akal dan kecerdasan sebagai potensi yang dimilikinya yang berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Potensi tersebut bersifat kreatif dan dinamis untuk memecahkan problema-problema yang dihadapinya.

Sekolah yang ideal adalah sekolah yang pelaksanaan pendidikannya terintegrasi dengan lingkungannya. Sekolah adalah bagian dari masyarakat, sehingga harus diupayakan pelestarian karakteristik lingkungan sekolah atau daerah tempat sekolah itu berada dengan prinsip learning by doing (belajar dengan berbuat). Tegasnya, sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan pengetahuan), melainkan juga sebagai transfer of value (pendidikan nilai-nilai) sehingga anak menjadi terampil dan berintelektual.

Aliran essensialisme berpandangan bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai budaya yang telah ada sejak awal peradaban manusia. Kebudayaan yang diwariskan kepada kita telah teruji oleh seluruh zaman, kondisi, dan sejarah. Kesalahan kebudayaan modern sekarang menurut aliran ini ialah cenderung menyimpang dari nilai-nilai yang diwariskan itu.

Esessialisme memandang bahwa seorang pebelajar memulai proses pendidikannya dengan memahami dirinya sendiri, kemudian bergerak keluar untuk memahami dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju makrokosmos. Dengan landasan pemikiran tersebut, maka belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada dirinya sendiri.

Aliran perenialisme berpandangan bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh pandangan tokoh-tokoh seperti Plato, Aristoteles, dan Thomas Aquinas. Menurut Plato manusia secara kodrati memiliki tiga potensi yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran. Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar kebutuhan yang ada pada setiap lapisan masyarakat dapat terpenuhi. Sedangkan Aristoteles lebih menekankan pada dunia kenyataan. Tujuan pendidikan adalah kebahagian untuk mencapai tujuan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan secara seimbang. Menurut Robert Hutchkins manusia adalah animal rasionale, maka tujuan pendidikan adalah mengembangkan akal budi agar seseorang dapat hidup penuh kebijaksanaan demi kebaikan hidup itu sendiri.

Aliran rekonstruksionisme ingin merombak kebudayaan lama dan membangun kebudayaan baru melalui lembaga dan proses pendidikan. Perubahan ini dapat terwujud bila melalui usaha kerja sama semua umat manusia atau bangsa-bangsa. Masa depan umat manusia adalah suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh suatu golongan. Cita-cita demokrasi yang sebenarnya bukan hanya dalam teori melainkan harus menjadi kenyataan, dan terlaksana dalam praktik. Hanya dengan demikian dapat pula diwujudkan satu dunia yang dengan potensi-potensi teknologi mampu meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan jaminan hukum bagi masyarakat, tanpa membedakan warna kulit, nasionalitas, kepercayaan, dan agama.

Pendidikan bertujuan untuk mewariskan nilai-nilai yang dipandang penting untuk pembinaan kepribadian seseorang. Implikasi dan nilai-nilai (aksiologi) di dalam pendidikan harus diintegrasikan secara utuh dalam kehidupan pendidikan secara praktis dan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai yang meliputi kecerdasan, nilai-nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama. Hal ini tersimpul di dalam tujuan pendidikan, yakin membawa kepribadian secara sempurna. Pengertian sempurna disini ditentukan oleh masing-masing pribadi, masyarakat, bangsa sesuai situasi dan kondisi.





Daftar Pustaka:
Ali, Hamdani. 1993. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang

Bahtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Endrotomo. 2004. Ilmu dan Teknologi. Information System ITS

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Baya Madya Pratama

Kasttoff, Louis O. 1992. Element of Philosophy diterjemahkan oleh Soejono Soemargono dengan judul Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana

Mustansyir, Rizal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Poedjawijatna. 2004. Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta

Sahabuddin. 1997. Filsafat Pendidikan suatu Pengantar ke dalam Pemikiran, Pemahaman, dan Pengamalan Pendidikan Bersendikan Filsafat. Ujung Pandang. Program Pascasarjana IKIP

Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materil : Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta

Salam, Burhanudin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Soe, Soejono Margono. 1986. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Sumatriasumatri, Jujun S. 1988. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan

Suriasumantri, Jujun S. 1996. Filsafat Ilmu : sebuah pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya

Aksiologi dan Filsafat Ilmu

0
Aksiologi dan Filsafat Ilmu
Aksiologi dan Filsafat Ilmu


Pengertian Aksiologi

Aksiologi berasal dari bahasa Yunani dengan dua kata, yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai.

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi menurut Kattsoff ialah ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.

Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis.

Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.

Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.

Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai. Kata “Nilai” merupakan kata jenis yang meliputi segenap macam kebaikan dan sejumlah hal yang lain. Nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangan yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis atau fisis. Dengan demikian, nilai subjektif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimilki akal budi manusia, seperti perasaan, intelektualitas, dan hasil nilai subjektif selalu akan mengarah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.

Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian yaitu Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika; Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan; Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat sosial politik.

Hakekat Aksiologi

Kattsoff menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat dijawab dengan tiga macam cara yaitu Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman; Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal; Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.

Situasi nilai meliputi empat hal yaitu pertama, segi pragmatis yang merupakan suatu subyek yang memberi nilai. Kedua, segi semantis yang merupakan suatu obyek yang diberi nilai. Ketiga, suatu perbuatan penilaian. Keempat, nilai ditambah perbuatan penilaian.

Aksiologi membahas tentang masalah nilai. Istilah aksiologi berasal dari kata axio dan logos, axios artinya nilai atau sesuatu yang berharga, dan logos artinya akal, teori, axiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat,kriteria dan status metafisik dari nilai. Problem utama aksiologi ujar runes berkaitan tiga faktor yaitu kodrat nilai berupa problem mengenai apakah nilai itu berasl dari keinginan, kesenangan, kepentingan, keinginan rasio murni; jenis-jenis nilai menyangkut perbedaan antara nilai intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilai-nilai instrumental (baik barang-barang ekonomi atau peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai nilai-nilai intrinsik; Kriteria nilai (ukuran nilai yang di butuhkan).

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum, sebagai landasan ilmu, aksiologi membicarakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat Nilai, pada umumnya ditinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.

Nilai Intrinsik, contohnya pisau dikatakan baik karena mengandung kualitas-kualitas pengirisan didalam dirinya, sedangkan Nilai Instrumentalnya ialah pisau yang baik adalah pisau yang dapat digunakan untuk mengiris, jadi dapat disimpulkan bahwa Nilai Instrinsik ialah Nilai yang yang dikandung pisau itu sendiri atau sesuatu itu sendiri, sedangkan Nilai Instrumental ialah Nilai sesuatu yang bermanfaat atau dapat dikatakan Niai guna.

Situasi Nilai maliputi Suatu subyek yang memberi Nilai yang sebaiknya kita namakan “segi pragmatis”; Suatu obyek yang diberi nilai yang kita sebut “segi semantis”; Suatu perbuatan penilaian; Suatu Nilai ditambah perbuatan peniaian.

Pendekatan-pendekatan dalam Aksiologi dapat dijawab dengan tiga macam cara, yaitu Nilai sepenuhnya berhakekat subyektif; Nilai-Nilai merupakan kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi ontologi namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu; Nilai-Nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan.

Kategori Dasar Aksiologi

Terdapat dua kategori dasar aksiologi, yaitu Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai; Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).

Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu teori nilai intuitif, teori nilai rasional, teori nilai alamiah, dan  teori nilai emotif. Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran Objectivism sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran Subjectivism.

Teori nilai intuitif (The intuitive theory of value). Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.

Teori nilai rasional (The rational theory of value). Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.

Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value). Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.

Teori nilai emotif (The emotive theory of value). Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.

Aksiologi dan Nilai

Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan
Kualitas ialah sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek. Dengan kata lain, kualitas ialah suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari barang barang tersebut dan dapat membantu melukiskanya. Kualitas empiris ialah kualitas yang dapat diketahui melalui pengalaman.

Kualitas merupakan sesuatu yang dapat disebutkan dari suatu obyek atau suatu segi dari barang sesuatu yang merupakan bagian dari barang tersebut dan dapat membantu melukiskannya. Adapun kualitas empiris didefinisikan sebagai kualitas yang diketahui atau dapat diketahui melalui pengalaman.

Jika Nilai merupakan suatu kualitas obyek atau perbuatan tertentu, maka obyek dan perbuatan tersebut dapat didefinisikan berdasarkan atas Nilai-Nilai, tetapi tidak mungkin sebaliknya. Contoh “pisang itu kuning” tapi saya tidak bisa mengatakan bahwa “kuning itu pisang”, karna kuning bermacam-macam.

Kenyataan bahwa Nilai tidak dapat didefinisikan tidak berarti Nilai tidak dapat dipahami. Nilai bersifat subyektif, contoh si A mengatakan bahwa “si gadis itu cantik”, tapi si B mengatakan bahwa “si gadis itu jelek”.

Nilai sebagai obyek suatu kepentingan
Ada yang mengatakan bahwa masalah Nilai sesungguhnya merupakan masalah pengutamaan. Contoh ungkapan “perang merupakan suatu keburukan” kiranya diiringi oleh tanggapan ”saya menentang perang”.

Pandangan orang Amerika dalam bukunya bahwa jika saya mengatakan “x bernilai” maka dalam arti yang sama saya dapat mengatakan “ saya mempunyai kepentingan pada x”. Sikap setuju atau menentang tersebut oleh Perry ditunjuk dengan istilah “kepentingan”.

Dewey menyatakan bahwa nilai bukanlah sesuatu yang dicari untuk ditemukan. Nilai bukanlah suatu kata benda atau kata sifat. Masalah nilai berpusat pada perbuatan memberi nilai. Dalam Theory of Valuation, Dewey mengatakan bahwa pemberian nilai menyangkut perasaan dan keinginan. Pemberian nilai juga menyangkut tindakan akal untuk menghubungkan sarana dan tujuan.

Menurut perry jika seorang mempunyai kepentingan pada suatu apapun, maka hal tersebut mempunyai Nilai, jadi dapat disimpulkan bahwa Nilai ialah kepentingan.

Teori Pragmatis Mengenai Nilai
Sejumlah hal yang telah saya perbincangkan yang bersifat penolakan terhadap teori Nilai yang didasarkan atas kepentingan kiranya menyebabkan tampilnya teori lain, yaitu Teori Pragmatis. Pragmatisme mendasarkan diri atas akibat-akibat, dan begitu pula halnya dengan teori pragmatisme mengenai Nilai. Jadi dapat disimpulkan bahwa Teori Pragmatis mengenai Nilai adalah akibat-akibat dari sesuatu menjadi kita anggap bernilai.

Nilai Sebagai Esensi
Sesungguhnya Nilai-Nilai merupakan hasil ciptaan yang-tahu (subyek yang mengetahui). Jika Nilai merupakan Nilai karena kita yang menciptakannya, maka tentu kita akan dapat membuat baik menjadi buruk dan sebaliknya.

Esensi adalah inti, sesuatu yang menjadi pokok utama, hakikat. Contoh “Perdamaian merupakan sesuatu yang bernilai”, maka ia memahami bahwa di dalam hakekat perdamaian itu sendiri terdapat Nilai yang mendasarinya. Jadi dapat disimpulkan bahwa Nilai sebagi esensi ialah Nilai tentang sesuatu yang pasti ada dalam setiap sesuatu tersebut.

Esensi tidak dapat di tangkap secara inderawi. Ini berarti bahwa nilai tidak dapat di lakukan sebagaimana kita memahami warna.

Kaitan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu

Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian. Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.





Daftar Pustaka:
Ali, Hamdani. 1993. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kota Kembang

Bahtiar, Amsal. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Endrotomo. 2004. Ilmu dan Teknologi. Information System ITS

Jalaluddin dan Abdullah Idi. 1997. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Baya Madya Pratama

Kasttoff, Louis O. 1992. Element of Philosophy diterjemahkan oleh Soejono Soemargono dengan judul Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana

Mustansyir, Rizal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Poedjawijatna. 2004. Tahu dan Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta

Sahabuddin. 1997. Filsafat Pendidikan suatu Pengantar ke dalam Pemikiran, Pemahaman, dan Pengamalan Pendidikan Bersendikan Filsafat. Ujung Pandang. Program Pascasarjana IKIP

Salam, Burhanuddin. 1997. Logika Materil : Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Reneka Cipta

Salam, Burhanudin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Soe, Soejono Margono. 1986. Pengantar Filsafat Louis O.Kattsoff. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu Dan Perkembanganya Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Sumatriasumatri, Jujun S. 1988. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan

Suriasumantri, Jujun S. 1996. Filsafat Ilmu : sebuah pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan


Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Ilmu. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mencicip Nikmatnya Kopi Arabika Flores yang Mendunia

0
Mencicip Nikmatnya Kopi Arabika Flores yang Mendunia
Mencicip Nikmatnya Kopi Arabika Flores yang Mendunia

Pagi itu, aku datang ke kantor lebih awal untuk menikmati sepinya lingkungan kerja di hari Sabtu. Setelah memarkir motor, ku langkahkan kaki menuju ruang kerja yang terletak di lantai 3. Baru beberapa langkah, terdengar suara perbincangan antara dua orang laki-laki di front office. Tampaknya sudah ada yang datang lebih awal dariku. Tanpa pikir panjang, ku masuki front office sekedar untuk memberi salam dan ikut nimbrung dalam percakapan mereka. 

Ternyata, mereka membicarakan tentang Kopi yang dibawa oleh salah satu dari mereka. Katanya, Kopi itu oleh-oleh dari rekannya yang baru pulang dari daerah Nusa Tengggara Timur (NTT). Seingatku, Kopi yang tumbuh dan ditanam di daerah NTT adalah Kopi Arabika. Itulah seingatku di kelas Hortikultura waktu kuliah dulu. Kemudian ia mengajakku untuk membuat Kopi itu dan mencoba merasakannya. 

Sambil menunggu Kopi diseduh, iseng ku cari informasi tentang Kopi dari NTT itu. Ternyata perkiraanku tepat, Kopi dari NTT itu adalah Kopi Arabika atau yang terkenal dengan nama Kopi Arabika Flores. 

Kopi Arabika Flores

Kopi Arabika Flores terdiri dari dua jenis varian utama yaitu, Kopi Arabika Flores Bajawa dan Arabika Flores Manggarai. Kopi Flores Bajawa berasal dari Kabupaten Ngada. Kopi ini adalah satu-satunya kopi asal Flores yang mendapatkan Sertifikasi Indikasi Geografis. Sedangkan untuk Kopi Flores Manggarai, Pemprov NTT sedang mengusahakan proses Setifikasi. Kopi Flores Manggarai ini merupakan hasil panen dari kabupaten Manggarai. 

Meskipun berada di wilayah yang berdekatan, tetapi karakteristik rasa keduanya sangat berbeda. Kondisi geografis membentuk cita rasa kopi yang unik. Kopi Arabika Flores Manggarai biasanya menghasilkan aroma kopi bubuk yang terkesan manis dan menyimpan aroma rempah. Dari sisi rasa, kopi ini menunjukkan cita rasa herbal, floral, spicy, dan pepper, dengan tingkat kekentalan cita rasa sedang hingga tinggi. 

Sedangkan untuk Kopi Arabika Flores Bajawa mempunyai aroma Nutty serta Caramel yang kuat. Dari sisi rasa, Kopi Arabika Flores Bajawa mempunyai ciri-ciri rasa Nutty, Orange, serta Chocolate

Kabarnya Pemerintah Provinsi NTT berencana untuk menyatukan kopi Flores Manggarai, Flores Bajawa, dan kopi-kopi dari daerah Flores lainnya di bawah satu nama, yaitu Kopi Arabika Flores. 

Kopi Arabika Flores yang Mendunia

Kopi Arabika Flores ini banyak dilirik oleh pecinta kopi dari mancanegara memiliki keunikan rasa yang mungkin tidak terdapat di jenis kopi lain di nusantara maupun dunia. 

Ribuan ton pesanan datang dari sejumlah negara, mulai Amerika Serikat (AS), Kanada, Jerman, Taiwan, hingga Jepang. AS pernah memesan hingga 1.000 ton kopi arabika Flores pada 2011. Namun, pesanan besar itu hanya bisa dipenuhi 10 persen. 

Pada 2015, pesanan mencapai hampir 100 ton. Pesanan datang dari industri kopi di Taiwan dan Jerman serta sejumlah kafe di Jakarta, Bali, Batam, dan Surabaya. Awal 2016, pemesan setidaknya harus memesan dua bulan sebelumnya agar tidak kehabisan. 

Rasa Kopi Arabika Flores

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya Kopi Arabika Flores siap dicicipi. Bau harum semerbak dari gelas, seperti bau karamel. Begitu menyeruput, rasa unik bercampur di lidah. Selain rasa kopi, rasa lain yang terasa adalah Cokelat. Semakin lama mencicip, muncul rasa Nutty dan sedikit semburat rasa Orange dengan tingkat Acidity sedang. 

Baru pertama ini merasakan kopi yang begitu nikmat, aneka rasa tercampur menjadi satu menambah nikmatnya kopi ini. Rasa ini belum pernah ku temukan di kopi-kopi lainnya, membuat Kopi Arabika Flores ini menjadi unik bagi lidahku. Dengan rasa cokelat, nutty, dan sedikit orange, serta berdasarkan penjelasan di atas, bisa ku simpulkan bahwa kopi yang ku minum itu adalah jenis Kopi Arabika Flores Bajawa. 

Tak disangka, pagiku di kantor dimulai dengan mencicip nikmatnya Kopi yang mendunia.

Seruput lagi ah..



Referensi:
allurecerita.wordpress.com. 2016. Jenis Kopi - Indonesia Premium Coffee. Diakses pada 8 April 2017 dari https://allurecerita.wordpress.com/2016/11/14/indonesia-premium-coffee/
Infokopi.com. Jual Kopi Flores. Diakses pada 8 April 2017 dari http://infokopi.com/jual-kopi-flores
kopiarabikabajawa.wordpress.com. Diakses pada 8 April 2017 dari https://kopiarabikabajawa.wordpress.com/
Kopikini.com. Selamat Tinggal Kopi Flores Manggarai Bajawa. Diakases pada 8 April 2017 dari http://kopikini.com/selamat-tinggal-kopi-flores-manggarai-bajawa/
lembahilmu.com. 2016. Sejarah Lengkap Mengenai Kopi Flores Bajawa. Diakses pada 8 April 2017 http://lembahilmu.com/kopi-flores-bajawa/
regional.kompas.com. 2016. Kopi Flores Tenggelam di Negeri Sendiri. Diakses pada 8 April 2017 dari http://regional.kompas.com/read/2016/08/15/18150001/Kopi.Flores.Tenggelam.di.Negeri.Sendiri?page=all
ulinulin.com. 2016. Kopi Flores Arabika Mendunia Sudah Coba Belum?. Diakses pada 8 April 2017 http://ulinulin.com/posts/kopi-flores-arabika-mendunia-sudah-coba-belum