Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Evaluasi Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) Kelas X SMA

1
Evaluasi PKWU Kelas X SMA
Evaluasi PKWU Kelas X SMA

Evaluasi mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) Kelas X Semester 2 jenjang SMA kurikulum 2013.

Untuk memulai mengerjakan soal mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (PKWU) Kelas X Semester 2 jenjang SMA kurikulum 2013, klik link di bawah.


Kewirausahaan dan Sikap Seorang Wirausahawan

0
Kewirausahaan dan Sikap Seorang Wirausahawan
Kewirausahaan dan Sikap Seorang Wirausahawan

Wirausaha

Wirausaha atau juga disebut wiraswasta, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.

Pelaku wirausaha disebut dengan wirausahawan atau dalam bahasa Inggris disebut entrepreneur. Wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kualitas jiwa kepemimpinan dan inovator pemikiran dalam melakukan usaha. Entrepreneur dapat diartikan juga sebagai seseorang yang mampu mewujudkan ide ke dalam sebuah inovasi yang sukses.

Kewirausahaan, atau entrepreneurship, memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Kewirausahaan, seperti tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Entrepreneurship adalah sikap dan perilaku yang melibatkan keberanian mengambil risiko, kemampuan berpikir kreatif dan inovatif.

Sikap Seorang Wirausahawan

Seorang wirausahawan harus mempunyai sikap percaya diri, berorientasikan tugas dan hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinalitas / keaslian, serta berorientasi ke masa depan.

Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan, yang bersifat internal, sangat relatif dan dinamis dan banyak ditentukan oleh kemampuannya untuk memulai, melaksanakan dan menyelesaikan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri akan memengaruhi gagasan, karsa, inisiatif, kreativitas, keberanian, ketekunan, semangat kerja, kegairahan berkarya. Kunci keberhasilan dalam bisnis adalah untuk memahami diri sendiri. Oleh karena itu, wirausaha yang sukses adalah wirausaha yang mandiri dan percaya diri.

Berorientasikan Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan, dan kerja keras. Dalam kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila ada inisiatif. Perilaku inisiatif biasanya diperoleh melalui pengalaman dan pengembangannya diperoleh dengan caradisiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi.

Berani Mengambil Risiko
Salah satu hal penting dalam memulai berbuat sesuatu yang baru adalah berani mengambil risiko untuk melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Inovasi atau kebaruan tidak akan muncul jika kita melakukan hal-hal yang sudah dilakukan oleh orang lain, dan tidak berani melakukan hal-hal yang belum pernah kita lakukan.

Wirausahawan adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Wirausahawan menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Pada situasi ini, ada dua alternatif yang harus dipilih, yaitu alternatif yang menanggung risiko dan alternatif yang konservatif.

Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sikap yang dimiliki oleh seorang pemimpin di antaranya memiliki visi yang jelas, memiliki integritas dan kejujuran, mampu berkomunikasi dengan baik, menjadi teladan, rendah hati, mau mendengar, mampu memotivasi orang lain untuk melakukan tugasnya dan berlaku adil. Seorang wirausahawan harus memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik dalam proses produksi maupun pemasaran dan selalu memanfaatkan perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai.

Keorisinalitas / Keaslian
Keaslian ide, gagasan, pemikiran dan keputusan dapat diperoleh dengan keluasan wawasan dan kemampuan berpikir kreatif, serta melihat peluang yang ada. Orisinalitas muncul dari kemampuan untuk selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaannya, keinginan tampil berbeda atau selalu memanfaatkan perbedaan, memiliki sikap mental yang positif dan daya pikir kreatif. Karya orisinal juga hanya dapat dihasilkan oleh wirausahawan yang memiliki keahlian di bidangnya serta rajin mencoba.

Berorientasi ke Masa Depan
Masa depan memiliki berbagai peluang dan tantangan yang berbeda dengan saat ini. Seorang dengan kewirausahaan berani melihat peluang dan tantangan tidak hanya di saat ini, melainkan juga di masa depan. Salah satu indikator atau tanda seseorang memiliki entrepreneurship atau jiwa kewirusahaan adalah mampu membuat usaha bisnis sendiri, menjadi wirausahawan. Wirausaha dalam bidang teknologi transportasi dan logistik, dapat menjadi wirausahawan yang menghasilkan produk, wirausahawan penjual produk ataupun wirausaha yang memberikan jasa perbaikan produk teknologi transportasi dan logistik. Keberhasilan wirausahawan adalah saat usahanya dapat menghasilkan keuntungan atau laba, mampu mempekerjakan banyak orang, memberikan bagi lingkungan sekitarnya, serta dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa dan negaranya.




Daftar Pustaka
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wirausaha
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/wiraswasta
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Prakarya dan Kewirausahaan. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar

0

Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar
Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar

Inilah cara penulisan ungkapan Dirgahayu Republik Indonesia atau Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Republik Indonesia yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia.

Mendekati peringatan HUT Republik Indonesia, banyak spanduk maupun postingan di media sosial tentang ungkapan Dirgahayu atau HUT Republik Indonesia. Terkadang, secara tidak sadar (karena tidak tahu), banyak yang salah menuliskan ungkapan tersebut.

Seperti contohnya, Saya sering "menuliskan HUT RI ke 73". Ternyata penulisan tersebut salah. Penulisan yang benar adalah "HUT ke-73 RI".

Berikut ini Saya bagikan penulisan ungkapan Dirgahayu atau HUT Republik Indonesia yang benar yang dikutip dari akun Instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, @badanbahasakemendikbud.

Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar
Penulisan Ungkapan Dirgahayu Republik Indonesia.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, @badanbahasakemendikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Ungkapan Dirgahayu Republik Indonesia

SALAH
• DIRGAHAYU HUT RI KE-73
• DIRGAHAYU RI KE-73
• DIRGAHAYU KEMERDEKAAN KITA KE-73
• HARI ULANG TAHUN REPUBLIK KE-73 INDONESIA
• ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE-73
• PERINGATAN ULANG TAHUN RI KE-73
• SELAMAT HARI ULANG TAHUN RI KE-73
• SELAMAT DIRGAHAYU RI KE-73
• H.U.T.R.I. KE-73

BENAR
• DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
• DIRGAHAYU KEMERDEKAAN INDONESIA
• HARI ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• PERINGATAN ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• SELAMAT ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• DIRGAHAYU RI

catatan: Dirgahayu artinya berumur panjang, kata sifat.

Problematika Pendidikan Sains

0
Problematika Pendidikan Sains
Problematika Pendidikan Sains

Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Sains memiliki beberapa peranan penting untuk mensejahterakan kehidupan manusia, tanpa ada ilmu yang mempelajari sains maka manusia akan hidup dalam keadaan terbatas.

Dalam UNESCO Science Report 2010 di Paris 10 November 2010, Kunci kejayaan suatu bangsa atau negara dalam era globalisasi terletak pada kualitas sumber daya manusia yang menguasai sains dan teknologi. Sains, teknologi dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Karena pendidikanlah yang sangat berperan untuk menciptakan SDM yang mengusai sains dan teknologi.

Mengajarkan pendidikan sains tidaklah mudah. Ada banyak sekali tantangan dunia pendidikan sains di Indonesia. Prestasi sains Indonesia di era globalisasi seperti sekarang ini masih tertinggal dengan Negara lainnya. Selain itu muncul isu-isu global di dunia pendidikan. Dalam UNESCO Science Report 2008, Peter J.Fensham (2008) menyatakan ada sebelas isu penting dalam kebijakan pendidikan saintek di seluruh dunia, salah satu diantaranya adalah interest in, and about science (Ketertarikan terhadap sains rendah).

Pengertian sains

Sains berasal dari natural science atau science yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Kumpulan pengetahuan sains terdiri atas biologi, fisika, kimia, geologi dan astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat bidang kajiannya berbeda, terminologi yang digunakan dalam setiap disiplin ilmu tersebut tersebut juga berbeda. Kerangka berpikir sains adalah bahwa: a) di alam terdapat pola yang konsisten dan berlaku universal; b) sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; c) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir; d) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat “bebas nilai”; e) sains bersifat terbatas sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk.

Sains tidak terpecah-pecah  meskipun ada disiplin-disiplin tersebut karena ada sejumlah pemikiran yang “menembus” antardisiplin sains yang disebut tema umum, yaitu sistem, model, kekekalan, pola perubahan skala dan evolusi. Dengan adanya tema ini, sains dipersatukan dalam pola pemikiran meskipun berbeda bidang kajiannya.

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari hal ini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Pengetahuan sains, antara lain adalah konsep, prinsip dan teori, sedangkan pengetahuan mengenai sains adalah pengetahuan mengenai cara memperoleh pengetahuan sains yang terdiri atas metodologi dan epistemologi. Metodologi adalah ilmu yang diperoleh secara empiris mengenai cara memperoleh pengetahuan, sedangkan epistomologi diperoleh dengan nalar. Contoh cara memperoleh pengetahuan dari metodologi sains adalah metode ilmiah, sedangkan contoh dari epistomologi adalah berpikir induksi dan deduksi.

Manfaat sains

Ilmu sains merupakan ilmu pasti atau ilmu exact, berbagai macam jenis ilmu yang dipelajari untuk meneliti makhluk hidup masuk kedalam ilmu sains. Salah satunya adalah ilmu biologi atau biasa disebut dengan ilmu kehidupun (hayat). Sains sendiri memiliki beberapa peranan penting untuk mensejahterakan kehidupan manusia, tanpa ada ilmu yang mempelajari sains maka manusia akan hidup dalam keadaan terbatas. Sains bukan hanya ada pada ilmu biologi, tetapi sains juga terdapat pada ilmu fisika dan lainnya, dengan adanya sains kita bisa menjadi tenang karena semua yang dihasilkan sains sudah diteliti oleh para peneliti yang ada di dunia.

Manfaat pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji (1998) adalah siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep sains serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan PenciptaNya.

Pengajaran IPA / sains menurut Depdikbud (1993) bermanfaat bagi siswa untuk:
  1. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari.
  2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya
  3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.
  4. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.
  5. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
  7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan bahwa manfaat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut:
  1. Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat.
  2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
  3. Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains kehidupan sehari-hari.
  5. Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman kebidang pengajaran lainnya.
  6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
  7. Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran lingkungan alam dari lingkungan buatan dengan melalui pengamatan agar siswatidak buta dengan pengetahuan dasar mengenai IPA atau Sains.


Sains dalam Pendidikan

Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan ilmiah merupakan sebentuk titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa.

Pada suatu pendekatan yang dilakukan  atau  proses  kerja  yang  memenuhi  kriteria  ilmiah, lebih mementingkan penggunaan penalaran induktif  (inductive  reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif  (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan secara keseluruhan (umum).

Sains selalu menjadi wahana pengembangan berpikir yang sama bagi mereka yang mempelajarinya. Hakikat berpikir tidak akan dapat dimiliki apabila hanya menguasai sains secara hafalan. Dalam mengembangkan sains untuk meningkatkan kompetensi siswa, perlu diperhatikan keterampilan dasar siswa.  Hal ini disebabkan, pembelajaran sains kurang berhasil meningkatkan kompetensi siswa karena belum diketahui letak kelemahan pembelajaran sains yang harus diatasi. Materi sains, praktik, dan model pembelajaran telah banyak yang dipelajari secara mendalam, tetapi belum ada satu pun yang berhasil meningkatkan kompetensi siswa.

Pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar siswa bergantung pada pengalamannya. Pengalaman belajar siswa di sekolah menetukan keluasan pengembangan dan tahap peningkatan kemampuan dasar siswa. Oleh karena itu, di negara-negara maju, pembelajaran dilakukan dengan berbagai pengalaman belajar, antara lain inkuiri di laboratorium dan pembelajaran di lingkungan.

Konteks sains adalah situasi atau area aplikasi kompetensi. Ada lima konteks sains untuk PISA (Programme for Intenational Students Assesment), yaitu kesehatan, sumber daya alam, lingkungan, bencana alam, serta sains dan teknologi. Kemampuan dasar siswa merupakan kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains, kemampuan dasar siswa akan menjadi kompetensi luas (kompetensi generik) yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya.

Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan literasi sains dengan mengutamakan peningkatan kompetensi luas, dapat ditunjukkan dengan peningkatan ketrampilan generik. Jika diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains dan pengetahuan sains, kemampuan dasar siswa akan menjadi kompetensi spesifik yang khusus untuk memahami dan menggunakan pengetahuan sains tertentu. Karena keterikatannya dengan pengetahuan sains dengan pengetahuan sains tertentu, kompetensi spesifik tidak dapat digunakan secara luas seperti kompetensi luas.

Kompetensi ilmiah yang ditingkatkan di sekolah dasar dan menengah umum berbeda dengan perguruan tinggi. Di sekolah dasar dan menengah umum, kompetensi ilmiah yang ditingkatkan pada siswa diutamakan pada peningkatan kompetensi luas. Di perguruan tinggi, kompetensi ilmiah yang ditingkatkan pada mahasiswa adalah kompetensi spesifik karena mahasiswa sudah menentukan jurusan untuk lapangan kerjanya. Adapun untuk tingkat Doktor (S3), kompetensi ilmiah yang ditingkatkannya adalah kompetensi yang sangat spesifik. Begitu pula, peningkatan kompetensi antara SMA dan SMK berbeda. Kompetensi yang ditingkatkan pada siswa SMK adalah kompetensi spesifik karena siswa sudah dijuruskan pada lapangan kerja tertentu. Walaupun di SMA siswa sudah memilih jurusan, hal tersebut belum merupakan lapangan kerjanya, karena itu pembelajaran sains di SMA pun masih memerlukan peningkatan kompetensi luas.

Sebab Rendahnya Minat Sains

Minat generasi muda terhadap mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan atau sains dinilai stagnan dan bahkan menurun. Padahal, penguasaan sains dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di bumi lewat berbagai inovasi dan teknologi yang dikembangkan generasi muda jaman sekarang. Beberapa penyebab rendahnya minat siswa terhadap sains, antara lain:

1. Takut belajar sains
Salah satu penyebab rendahnya minat siswa terhadap sains adalah takut untuk belajar sains. Beberapa siswa mengatakan bahwa takut belajar sains karena merasa sains itu adalah pelajaran yang sulit, terutama mata pelajaran biologi yang banyak menghapal, sehingga siswa takut mendapatkan nilai jelek. Maka dari itu perlu diadakan suatu pembelajaran dengan kondisi dimana siswa merasa bahwa belajar biologi bukan merupakan momok yang besar. Caranya yaitu menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menggunakan media pembelajaran, sehingga memudahkan siswa dalam proses belajar.

2. Kurang paham manfaat sains
Penyebab lainnya adalah kurang pahamnya manfaat sains di masa datang. Kurang pahamnya manfaat sains ini merupakan kelanjutan dari ketakutan belajar sains. Karena takut belajar tentang sains, maka siswa tidak akan mengetahui manfaat sains yang sebenarnya. Sains itu penting untuk kehidupan. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati dunia yang selama ini diabaikan butuh bantuan sains. Sehingga, anak muda kita tidak boleh meninggalkan sains.

3. Proses KBM monoton
Faktor siswa bukanlah yang utama, factor pendidik juga mengambil andil besar dalam penyebab rendahnya minat belajar sains. Pembelajaran sains yang kurang kreatif dan tidak dikaitkan dengan kehidupan di sekitar anak membuat pembelajaran menjadi monoton, sehingga minat siswa menjadi berkurang. Pembelajaran yang monoton juga berakibat tidak aktifnya siswa dalam pembelajaran dan bersifat acuh. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang kreatif, tidak monoton dan menarik perhatian siswa. Selain itu, guru harus dengan senang hati melayani pertanyaan-pertanyaan dari anak. Dengan mendorong keberanian anak untuk bertanya tanpa dicemooh atau diremehkan, rasa ingin tahu anak untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan semakin besar.

4. Kurangnya info sains
Tingkat pengetahuan dan minat pada sains di Indonesia masih rendah. Salah satu diantara penyebabnya adalah kurangnya informasi mengenai sains yang mudah didapatkan, baik berupa media masa cetak ataupun informasi yang disajikan oleh media elektronik seperti TV. Oleh karena itu, perlu media yang gencar menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang sains, misalnya berupa buku, tayangan televisi, artikel di media cetak dan media online. Buku sains populer dan artikel di media cetak memang sudah ada ditengah-tengah masyarakat kita, namun jumlahnya masih sangat kecil dibandingkan di negara-negara maju.

Cara Meningkatkan Minat Sains

Guru memegang peranan kunci dalam meningkatkan minat siswa tehadap sains. Karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa, sehingga diupayakan semaksimal mungkin agar guru bisa menciptakan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan minat siswa terhadap sains. Beberapa cara meningkatkan minat siswa, antara lain:

1. Pembelajaran yang kreatif
Belajar sains harus dibuat sekreatif mungkin untuk menarik perhatian siswa. Guru bisa menggunakan metode-metode yang bisa menjadi daya tarik di kelas. Selain metode, guru juga bisa menggunakan media majalah komik sains untuk memperkaya pembelajaran sains di kelas. Penyajian komik sains dalam bentuk dialog dan visual yang menarik menjadi kunci keberhasilan dalam menumbuhkan minat anak didik cinta belajar sains.

Seorang guru harus kreatif menampilkan pembelajaran yang membuat siswa penasaran, sehingga mendorong keberanian anak untuk bertanya tanpa agar rasa ingin tahu anak untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan semakin besar. Anak-anak harus percaya bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari berguna untuk kehidupan. Hal ini dimulai dengan mendorong anak untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka yang berguna dalam pengembangan sains

2. Guru mendorong siswa untuk aktif
Menggunakan metode pembelajaran yang menarik saja tidak cukup. Metode yang bagus sekalipun belum tentu bisa meningkatkan minat siswa. Rasa ingin tahu siswa sangat berpengaruh. Untuk menumbuhkan minat siswa, terlebih dahulu harus menumbuhkan rasa ingin tahu. Maka tugas guru adalah menimbulkan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan metode ataupun media dan mendorong siswa untuk lebih aktif lagi mencari tahu tentang sains. Dengan begitu, pembelajaran akan lebih aktif dan minat siswa terhadap sains dapat meningkat.

3. Menggunakan multimedia
Untuk menarik perhatian siswa juga bisa dilakukan menggunakan media yakni mengunakan sarana multimedia berupa video dapat membantu pola pikir siswa terhadap suatu materi. Selain itu, guru bisa menggunakan alat peraga dan demonstrasi sehingga siswa akan lebih mudah mencerna materi yang disampaikan.

4. Media online
Sekarang ini hampir semua informasi dapat diakses dari internet.  Pengaruh media online begitu penting dan cepatnya merasuki kehidupan seseorang atau sekelompok masyarakat. Wajar saja mengingat saat ini merupakan era teknologi informasi. Simaklah bagaimana masyarakat saat ini lebih terpengaruh oleh isu-isu yang berkembang di media massa seperti koran dan berita televisi. Perhatikan pula bagaimana remaja, dan bahkan berbagai kalangan terbius oleh arus media jejaring sosial seperti facebook, twitter, plurk dan lain-lain. Hal-hal tersebut cukup luas menjangkau berbagai lapisan masyarakat, melintasi batas pulau, kota, dan desa ditanah air. Fenomena itu menunjukkan bahwa media begitu berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat saat ini.

Berdasarkan hal itu, maka sains harus akrab dengan media agar wawasan sains benar-benar masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehingga timbul manfaat dari pemahaman sains yang tinggi. Hal inilah yang tercipta di negara-negara maju seperti Jepang. Sebagai negara maju, masyarakat Jepang secara umum memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena minat baca dan rasa ingin tahu masyarakatnya yang tinggi, serta didukung oleh banyaknya bahan bacaan mengenai sains. Buku-buku ini tidak hanya berupa text book yang digunakan oleh mahasiswa dan pelajar, tetapi juga berupa buku sains yang ditulis secara populer, yang ditujukan untuk masyarakat luas. Selain itu, media masa, baik media cetak maupun media elektronik, juga memberikan kontribusi yang banyak dalam peningkatan pengetahuan masyarakat Jepang, melalui pemberian informasi di bidang sains. Bercermin dari Jepang, ternyata sains dan media merupakan kolaborasi yang mengantarkan masyarakat Jepang menjadi mandiri dan maju seperti saat ini.

Sumber:
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dedyaristyanto. 2010. Pengertian Sains. http://dedyaristyanto.blogdetik.com/2010/11/16/apakah-sains-itu. Diakses pada tanggal 6 oktober 2013.
Dodi Nandika, dkk. 2006. Universitas, Riset, dan Daya Saing Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Solihin, Ahmad. 2013. Manfaat Belajar Sains. http://infosains123.blogspot.com/2013/01/manfaat-mempelajari-ilmu-sains.html. Diakses pada tanggal 6 oktober 2013.
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis. Yogyakarta: Kanisius.
Syamsuri, istamar. 2010. Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Minat Siswa Pada Bidang MIPA. Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010,  The Indonesian Network of  Higher Education of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor.
UNESCO. 2008. Science Education Policy-Making. Eleven Emerging Issues. By Peter J.Fensham. Tersedia di www.unesco.org.
UNESCO. 2010. The Growing Role of Knowledge in the Global Economy. By Hugo Hollanders and Luc Soete. Tersedia di www.unesco.org.
Widyastantyo, Hermawan. 2010. Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2120776-tujuan-pembelajaran-ilmu-pengetahuan-alam/#ixzz2h0B4pVss. Diakses pada tanggal 6 oktober 2013.

Pernahkah kita merasa cukup belajar?

0
Belajar

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" 
Amsal 90:12

Apakah seseorang pernah menanyakan pendidikan terakhir kamu? Atau apakah kamu pernah bertanya kepada seseorang tentang pendidikan terakhirnya? Bila pernah, apakah jawaban yang biasanya kamu katakan dan jawaban apa pula yang kamu dengar? Pada umumnya orang akan mengatakan pendidikan terakhirnya SD, SMP, SMA, atau S1. Bukankah jawaban itu juga yang sering kita ungkapkan dan kita dengar?

Jawaban umum semacam itu terdengar seperti jawaban yang tepat, namun sebenarnya menyempitkan makna pendidikan. Pendidikan disamakan dengan sekolah, padahal keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda. Sekolah identik dengan gedung, tuang kelas, buku, dan guru. Tanpa hal itu sekolah tidak dapat dikatakan sebagai sekolah. Lain halnya dengan pendidikan yang tidak selalu membutuhkan gedung, ruangan, maupun buku. Karena itu pengertian antara pendidikan dan sekolah tidak disamakan. Pernyataan yang tepat adalah sekolah merupakan salah satu perpanjangan tangan dari pendidikan.

Pendidikan tidak ada batasnya dan tidak ada akhirnya. Pendidikan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidikan juga tidak membatasi usia seseorang. Pendidikan sudah dimulai sejak seseorang bernapas dan berakhir saat napasnya berhenti. Apakah mungkin seseorang bisa tamat dari pendidikannya? Jawabnya seharusnya tidak, kecuali tentunya bila orang itu "tamat" hidupnya.

Pendidikan atau pembelajaran tidak mungkin kelar karena pada hakikatnya pembelajaran itu sendiri adalah hidup untuk belajar (learning to be). Hidup untuk belajar tidak hanya menyerap dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Hidup untuk belajar juga tidak hanya mencetak prestasi dan kedudukan semata. Hidup untuk belajar artinya mampu mengeluarkan potensi dirinya dan membuat dirinya menjadi "nyata" bagi sesamanya. Sebagai konsekuensinya, hidup untuk belajar menuntut perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang tidak hanya menjadikan orang tersebut berubah, namun juga mampu merubah orang-orang disekitarnya.

Hanya orang-orang yang belajar terus dan terus belajar lah yang mampu mengenali potensi dirinya, sekaligus menjadikan potensi itu berguna bagi diri dan sesamanya. Karena itu, kita tidak boleh menjadikan kelulusan sebagai tujuan dan akhir dari pembelajaran. Akan ada banyak potensi terpendam bahkan hilang ketika kita berhenti belajar. Semakin banyak potensi yang terbuang, semakin minim "bahan" untuk membangun diri sendiri dan sesama. Lantas, apakah dampaknya?"kehancuran" menggerogoti perlahan seperti sekelompok rayap yang memakan sebatang kayu.

Jauh sebelum mengartikan hakikat pembelajaran, Allah sudah mengatakan melalui firman-Nya di dalam Amsal, " Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana". Artinya menghitung hari adalah memaknai hari. Memaknai hari mengharuskan seseorang untuk belajar, berbeda dengan melalui hari yang tidak perlu belajar. Tujuan memaknai hari adalah untuk memperoleh hati yang bijaksana. Hati yang bijaksana akan membuat seseorang berubah dan mampu merubah orang lain. Seseorang yang bisa memaknai harinya, merubah dirinya, dan merubah orang lain adalah mereka yangmau terus belajar di sepanjang hidupnya.

Pernahkah kita merasa cukup belajar? Atau pernahkah kita merasa terlalu banyak belajar? Jika kita seorang pembelajar sejati, maka kita tidak pernah ada kata cukup apalagi terlalu banyak untuk belajar terus dan terus belajar.

Pola Pendidikan Masyarakat Samin di Pati, Jawa Tengah

0
Masyarakat Samin di Pati

Siapakah masyarakat Samin itu?

Masyarakat Samin adalah masyarakat Jawa yang hidup dari bertani. Mereka tersebar di Blora, Kudus, Pati, Jawa Tengah. Masyarakat Samin memiliki kebudayaan yang unik dan sarat dengan pesan. Keunikan masyarakat Samin terletak pada perilaku mereka yang terkesan seenaknya sendiri dan agak nyleneh dibanding dengan perilaku masyarakat Jawa pada umumnya. Sikap nyleneh ini misalnya, selalu berpakaian hitam, tidak mengakui eksistensi negara dalam kehidupan mereka, tidak mau membayar pajak, tidak mau berdagang, dan tidak mau menyekolahkan anak mereka.

Peran Keluarga dalam Keberhasilan Pendidikan di Sekolah

0
Peran Keluarga dalam Keberhasilan Pendidikan
Peran Keluarga dalam Keberhasilan Pendidikan di Sekolah.

Ketika pria dan wanita bersatu dalam ikatan perkawinan, secara otomatis keluarga baru terbentuk. Sebuah keluarga terbentuk tidak hanya berfungsi untuk menjalankan fungsi biologis yakni memperoleh keturunan saja. Ternyata fungsi keluarga tidak sesederhana itu, ada tanggung jawab yang jauh lebih besar, yakni keluarga sebagai pembentuk karakter anak.