Problematika Pendidikan Sains

Problematika Pendidikan Sains
Problematika Pendidikan Sains

Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Sains memiliki beberapa peranan penting untuk mensejahterakan kehidupan manusia, tanpa ada ilmu yang mempelajari sains maka manusia akan hidup dalam keadaan terbatas.

Dalam UNESCO Science Report 2010 di Paris 10 November 2010, Kunci kejayaan suatu bangsa atau negara dalam era globalisasi terletak pada kualitas sumber daya manusia yang menguasai sains dan teknologi. Sains, teknologi dan pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Karena pendidikanlah yang sangat berperan untuk menciptakan SDM yang mengusai sains dan teknologi.

Mengajarkan pendidikan sains tidaklah mudah. Ada banyak sekali tantangan dunia pendidikan sains di Indonesia. Prestasi sains Indonesia di era globalisasi seperti sekarang ini masih tertinggal dengan Negara lainnya. Selain itu muncul isu-isu global di dunia pendidikan. Dalam UNESCO Science Report 2008, Peter J.Fensham (2008) menyatakan ada sebelas isu penting dalam kebijakan pendidikan saintek di seluruh dunia, salah satu diantaranya adalah interest in, and about science (Ketertarikan terhadap sains rendah).

Pengertian sains

Sains berasal dari natural science atau science yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Kumpulan pengetahuan sains terdiri atas biologi, fisika, kimia, geologi dan astronomi yang berupaya menjelaskan setiap fenomena yang terjadi di alam. Mengingat bidang kajiannya berbeda, terminologi yang digunakan dalam setiap disiplin ilmu tersebut tersebut juga berbeda. Kerangka berpikir sains adalah bahwa: a) di alam terdapat pola yang konsisten dan berlaku universal; b) sains merupakan proses memperoleh pengetahuan untuk menjelaskan fenomena; c) sains selalu berubah dan bukan kebenaran akhir; d) sains hanyalah pendekatan terhadap yang “mutlak” karena itu tidak bersifat “bebas nilai”; e) sains bersifat terbatas sehingga tidak dapat menentukan baik atau buruk.

Sains tidak terpecah-pecah  meskipun ada disiplin-disiplin tersebut karena ada sejumlah pemikiran yang “menembus” antardisiplin sains yang disebut tema umum, yaitu sistem, model, kekekalan, pola perubahan skala dan evolusi. Dengan adanya tema ini, sains dipersatukan dalam pola pemikiran meskipun berbeda bidang kajiannya.

Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhirnya menyimpulkan. Dari hal ini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.

Pengetahuan sains, antara lain adalah konsep, prinsip dan teori, sedangkan pengetahuan mengenai sains adalah pengetahuan mengenai cara memperoleh pengetahuan sains yang terdiri atas metodologi dan epistemologi. Metodologi adalah ilmu yang diperoleh secara empiris mengenai cara memperoleh pengetahuan, sedangkan epistomologi diperoleh dengan nalar. Contoh cara memperoleh pengetahuan dari metodologi sains adalah metode ilmiah, sedangkan contoh dari epistomologi adalah berpikir induksi dan deduksi.

Manfaat sains

Ilmu sains merupakan ilmu pasti atau ilmu exact, berbagai macam jenis ilmu yang dipelajari untuk meneliti makhluk hidup masuk kedalam ilmu sains. Salah satunya adalah ilmu biologi atau biasa disebut dengan ilmu kehidupun (hayat). Sains sendiri memiliki beberapa peranan penting untuk mensejahterakan kehidupan manusia, tanpa ada ilmu yang mempelajari sains maka manusia akan hidup dalam keadaan terbatas. Sains bukan hanya ada pada ilmu biologi, tetapi sains juga terdapat pada ilmu fisika dan lainnya, dengan adanya sains kita bisa menjadi tenang karena semua yang dihasilkan sains sudah diteliti oleh para peneliti yang ada di dunia.

Manfaat pemberian mata pelajaran IPA atau sains munurut Sumaji (1998) adalah siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep sains serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Siswa juga mampu menggunakan metode ilmiah untuk memcahkan masalah yang dihadapinya, sehingga lebih menyadari dan mencintai kebesaran serta kekuasaan PenciptaNya.

Pengajaran IPA / sains menurut Depdikbud (1993) bermanfaat bagi siswa untuk:
  1. Memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-sehari.
  2. Memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan, dan ide tentang alam di sekitarnya
  3. Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta peristiwa di lingkungan sekitar.
  4. Bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis, mawas diri, bertanggungjawab, bekerjasama dan mandiri.
  5. Mampu menerapkan berbagai macam konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
  7. Mengenal dan memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan bahwa manfaat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut:
  1. Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat.
  2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan
  3. Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains kehidupan sehari-hari.
  5. Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman kebidang pengajaran lainnya.
  6. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
  7. Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
Maksud dan tujuan tersebut adalah agar siswa memiliki pengetahuan tentang gejala alam dan berbagai jenis dan peran lingkungan alam dari lingkungan buatan dengan melalui pengamatan agar siswatidak buta dengan pengetahuan dasar mengenai IPA atau Sains.


Sains dalam Pendidikan

Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam Kurikulum 2013 diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajaran. Ada sebuah keyakinan bahwa pendekatan ilmiah merupakan sebentuk titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif), keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa.

Pada suatu pendekatan yang dilakukan  atau  proses  kerja  yang  memenuhi  kriteria  ilmiah, lebih mementingkan penggunaan penalaran induktif  (inductive  reasoning) daripada penggunaan penalaran deduktif  (deductive reasoning). Penalaran deduktif adalah bentuk penalaran yang mencoba melihat fenomena-fenomena umum untuk kemudian membuat sebuah simpulan yang khusus. Penalaran induktif (inductive reasoning) adalah kebalikannya. Penalaran induktif justru memandang fenomena-fenomena atau situasi-situasi yang khusus lalu berikutnya membuat sebuah simpulan secara keseluruhan (umum).

Sains selalu menjadi wahana pengembangan berpikir yang sama bagi mereka yang mempelajarinya. Hakikat berpikir tidak akan dapat dimiliki apabila hanya menguasai sains secara hafalan. Dalam mengembangkan sains untuk meningkatkan kompetensi siswa, perlu diperhatikan keterampilan dasar siswa.  Hal ini disebabkan, pembelajaran sains kurang berhasil meningkatkan kompetensi siswa karena belum diketahui letak kelemahan pembelajaran sains yang harus diatasi. Materi sains, praktik, dan model pembelajaran telah banyak yang dipelajari secara mendalam, tetapi belum ada satu pun yang berhasil meningkatkan kompetensi siswa.

Pengembangan dan peningkatan kemampuan dasar siswa bergantung pada pengalamannya. Pengalaman belajar siswa di sekolah menetukan keluasan pengembangan dan tahap peningkatan kemampuan dasar siswa. Oleh karena itu, di negara-negara maju, pembelajaran dilakukan dengan berbagai pengalaman belajar, antara lain inkuiri di laboratorium dan pembelajaran di lingkungan.

Konteks sains adalah situasi atau area aplikasi kompetensi. Ada lima konteks sains untuk PISA (Programme for Intenational Students Assesment), yaitu kesehatan, sumber daya alam, lingkungan, bencana alam, serta sains dan teknologi. Kemampuan dasar siswa merupakan kemampuan yang sangat luas yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai konsep dari berbagai disiplin ilmu. Jika diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains, kemampuan dasar siswa akan menjadi kompetensi luas (kompetensi generik) yang dapat digunakan untuk mempelajari dan menggunakan berbagai pengetahuan sains dalam berbagai konteks sains untuk memenuhi kebutuhan hidup siswa di berbagai situasi hidupnya.

Pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan literasi sains dengan mengutamakan peningkatan kompetensi luas, dapat ditunjukkan dengan peningkatan ketrampilan generik. Jika diintegrasikan dengan pengetahuan mengenai sains dan pengetahuan sains, kemampuan dasar siswa akan menjadi kompetensi spesifik yang khusus untuk memahami dan menggunakan pengetahuan sains tertentu. Karena keterikatannya dengan pengetahuan sains dengan pengetahuan sains tertentu, kompetensi spesifik tidak dapat digunakan secara luas seperti kompetensi luas.

Kompetensi ilmiah yang ditingkatkan di sekolah dasar dan menengah umum berbeda dengan perguruan tinggi. Di sekolah dasar dan menengah umum, kompetensi ilmiah yang ditingkatkan pada siswa diutamakan pada peningkatan kompetensi luas. Di perguruan tinggi, kompetensi ilmiah yang ditingkatkan pada mahasiswa adalah kompetensi spesifik karena mahasiswa sudah menentukan jurusan untuk lapangan kerjanya. Adapun untuk tingkat Doktor (S3), kompetensi ilmiah yang ditingkatkannya adalah kompetensi yang sangat spesifik. Begitu pula, peningkatan kompetensi antara SMA dan SMK berbeda. Kompetensi yang ditingkatkan pada siswa SMK adalah kompetensi spesifik karena siswa sudah dijuruskan pada lapangan kerja tertentu. Walaupun di SMA siswa sudah memilih jurusan, hal tersebut belum merupakan lapangan kerjanya, karena itu pembelajaran sains di SMA pun masih memerlukan peningkatan kompetensi luas.

Sebab Rendahnya Minat Sains

Minat generasi muda terhadap mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan atau sains dinilai stagnan dan bahkan menurun. Padahal, penguasaan sains dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di bumi lewat berbagai inovasi dan teknologi yang dikembangkan generasi muda jaman sekarang. Beberapa penyebab rendahnya minat siswa terhadap sains, antara lain:

1. Takut belajar sains
Salah satu penyebab rendahnya minat siswa terhadap sains adalah takut untuk belajar sains. Beberapa siswa mengatakan bahwa takut belajar sains karena merasa sains itu adalah pelajaran yang sulit, terutama mata pelajaran biologi yang banyak menghapal, sehingga siswa takut mendapatkan nilai jelek. Maka dari itu perlu diadakan suatu pembelajaran dengan kondisi dimana siswa merasa bahwa belajar biologi bukan merupakan momok yang besar. Caranya yaitu menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menggunakan media pembelajaran, sehingga memudahkan siswa dalam proses belajar.

2. Kurang paham manfaat sains
Penyebab lainnya adalah kurang pahamnya manfaat sains di masa datang. Kurang pahamnya manfaat sains ini merupakan kelanjutan dari ketakutan belajar sains. Karena takut belajar tentang sains, maka siswa tidak akan mengetahui manfaat sains yang sebenarnya. Sains itu penting untuk kehidupan. Untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dan untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati dunia yang selama ini diabaikan butuh bantuan sains. Sehingga, anak muda kita tidak boleh meninggalkan sains.

3. Proses KBM monoton
Faktor siswa bukanlah yang utama, factor pendidik juga mengambil andil besar dalam penyebab rendahnya minat belajar sains. Pembelajaran sains yang kurang kreatif dan tidak dikaitkan dengan kehidupan di sekitar anak membuat pembelajaran menjadi monoton, sehingga minat siswa menjadi berkurang. Pembelajaran yang monoton juga berakibat tidak aktifnya siswa dalam pembelajaran dan bersifat acuh. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran, guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang kreatif, tidak monoton dan menarik perhatian siswa. Selain itu, guru harus dengan senang hati melayani pertanyaan-pertanyaan dari anak. Dengan mendorong keberanian anak untuk bertanya tanpa dicemooh atau diremehkan, rasa ingin tahu anak untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan semakin besar.

4. Kurangnya info sains
Tingkat pengetahuan dan minat pada sains di Indonesia masih rendah. Salah satu diantara penyebabnya adalah kurangnya informasi mengenai sains yang mudah didapatkan, baik berupa media masa cetak ataupun informasi yang disajikan oleh media elektronik seperti TV. Oleh karena itu, perlu media yang gencar menyampaikan informasi dan pengetahuan tentang sains, misalnya berupa buku, tayangan televisi, artikel di media cetak dan media online. Buku sains populer dan artikel di media cetak memang sudah ada ditengah-tengah masyarakat kita, namun jumlahnya masih sangat kecil dibandingkan di negara-negara maju.

Cara Meningkatkan Minat Sains

Guru memegang peranan kunci dalam meningkatkan minat siswa tehadap sains. Karena gurulah yang berhadapan langsung dengan siswa, sehingga diupayakan semaksimal mungkin agar guru bisa menciptakan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan minat siswa terhadap sains. Beberapa cara meningkatkan minat siswa, antara lain:

1. Pembelajaran yang kreatif
Belajar sains harus dibuat sekreatif mungkin untuk menarik perhatian siswa. Guru bisa menggunakan metode-metode yang bisa menjadi daya tarik di kelas. Selain metode, guru juga bisa menggunakan media majalah komik sains untuk memperkaya pembelajaran sains di kelas. Penyajian komik sains dalam bentuk dialog dan visual yang menarik menjadi kunci keberhasilan dalam menumbuhkan minat anak didik cinta belajar sains.

Seorang guru harus kreatif menampilkan pembelajaran yang membuat siswa penasaran, sehingga mendorong keberanian anak untuk bertanya tanpa agar rasa ingin tahu anak untuk mempelajari dan menggali ilmu pengetahuan semakin besar. Anak-anak harus percaya bahwa ilmu pengetahuan yang dipelajari berguna untuk kehidupan. Hal ini dimulai dengan mendorong anak untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka yang berguna dalam pengembangan sains

2. Guru mendorong siswa untuk aktif
Menggunakan metode pembelajaran yang menarik saja tidak cukup. Metode yang bagus sekalipun belum tentu bisa meningkatkan minat siswa. Rasa ingin tahu siswa sangat berpengaruh. Untuk menumbuhkan minat siswa, terlebih dahulu harus menumbuhkan rasa ingin tahu. Maka tugas guru adalah menimbulkan rasa ingin tahu siswa dengan menggunakan metode ataupun media dan mendorong siswa untuk lebih aktif lagi mencari tahu tentang sains. Dengan begitu, pembelajaran akan lebih aktif dan minat siswa terhadap sains dapat meningkat.

3. Menggunakan multimedia
Untuk menarik perhatian siswa juga bisa dilakukan menggunakan media yakni mengunakan sarana multimedia berupa video dapat membantu pola pikir siswa terhadap suatu materi. Selain itu, guru bisa menggunakan alat peraga dan demonstrasi sehingga siswa akan lebih mudah mencerna materi yang disampaikan.

4. Media online
Sekarang ini hampir semua informasi dapat diakses dari internet.  Pengaruh media online begitu penting dan cepatnya merasuki kehidupan seseorang atau sekelompok masyarakat. Wajar saja mengingat saat ini merupakan era teknologi informasi. Simaklah bagaimana masyarakat saat ini lebih terpengaruh oleh isu-isu yang berkembang di media massa seperti koran dan berita televisi. Perhatikan pula bagaimana remaja, dan bahkan berbagai kalangan terbius oleh arus media jejaring sosial seperti facebook, twitter, plurk dan lain-lain. Hal-hal tersebut cukup luas menjangkau berbagai lapisan masyarakat, melintasi batas pulau, kota, dan desa ditanah air. Fenomena itu menunjukkan bahwa media begitu berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat saat ini.

Berdasarkan hal itu, maka sains harus akrab dengan media agar wawasan sains benar-benar masuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehingga timbul manfaat dari pemahaman sains yang tinggi. Hal inilah yang tercipta di negara-negara maju seperti Jepang. Sebagai negara maju, masyarakat Jepang secara umum memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena minat baca dan rasa ingin tahu masyarakatnya yang tinggi, serta didukung oleh banyaknya bahan bacaan mengenai sains. Buku-buku ini tidak hanya berupa text book yang digunakan oleh mahasiswa dan pelajar, tetapi juga berupa buku sains yang ditulis secara populer, yang ditujukan untuk masyarakat luas. Selain itu, media masa, baik media cetak maupun media elektronik, juga memberikan kontribusi yang banyak dalam peningkatan pengetahuan masyarakat Jepang, melalui pemberian informasi di bidang sains. Bercermin dari Jepang, ternyata sains dan media merupakan kolaborasi yang mengantarkan masyarakat Jepang menjadi mandiri dan maju seperti saat ini.

Sumber:
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Dedyaristyanto. 2010. Pengertian Sains. http://dedyaristyanto.blogdetik.com/2010/11/16/apakah-sains-itu. Diakses pada tanggal 6 oktober 2013.
Dodi Nandika, dkk. 2006. Universitas, Riset, dan Daya Saing Bangsa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Solihin, Ahmad. 2013. Manfaat Belajar Sains. http://infosains123.blogspot.com/2013/01/manfaat-mempelajari-ilmu-sains.html. Diakses pada tanggal 6 oktober 2013.
Sumaji, dkk. 1998. Pendidikan Sains yang Humanis. Yogyakarta: Kanisius.
Syamsuri, istamar. 2010. Peningkatan Kompetensi Guru Untuk Meningkatkan Minat Siswa Pada Bidang MIPA. Makalah disampaikan dalam Lokakarya MIPAnet 2010,  The Indonesian Network of  Higher Education of Mathematics and Nanutal Sciences, tanggal 26-27 Juli 2010, di IPB, Bogor.
UNESCO. 2008. Science Education Policy-Making. Eleven Emerging Issues. By Peter J.Fensham. Tersedia di www.unesco.org.
UNESCO. 2010. The Growing Role of Knowledge in the Global Economy. By Hugo Hollanders and Luc Soete. Tersedia di www.unesco.org.
Widyastantyo, Hermawan. 2010. Manfaat Ilmu Pengetahuan Alam. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2120776-tujuan-pembelajaran-ilmu-pengetahuan-alam/#ixzz2h0B4pVss. Diakses pada tanggal 6 oktober 2013.

Not need to know.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »