Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar. Tampilkan semua postingan

Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar

0

Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar
Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar

Inilah cara penulisan ungkapan Dirgahayu Republik Indonesia atau Hari Ulang Tahun (HUT) ke-73 Republik Indonesia yang benar sesuai kaidah Bahasa Indonesia.

Mendekati peringatan HUT Republik Indonesia, banyak spanduk maupun postingan di media sosial tentang ungkapan Dirgahayu atau HUT Republik Indonesia. Terkadang, secara tidak sadar (karena tidak tahu), banyak yang salah menuliskan ungkapan tersebut.

Seperti contohnya, Saya sering "menuliskan HUT RI ke 73". Ternyata penulisan tersebut salah. Penulisan yang benar adalah "HUT ke-73 RI".

Berikut ini Saya bagikan penulisan ungkapan Dirgahayu atau HUT Republik Indonesia yang benar yang dikutip dari akun Instagram Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, @badanbahasakemendikbud.

Penulisan Ungkapan Dirgahayu / HUT Republik Indonesia yang Benar
Penulisan Ungkapan Dirgahayu Republik Indonesia.
Sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, @badanbahasakemendikbud

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Ungkapan Dirgahayu Republik Indonesia

SALAH
• DIRGAHAYU HUT RI KE-73
• DIRGAHAYU RI KE-73
• DIRGAHAYU KEMERDEKAAN KITA KE-73
• HARI ULANG TAHUN REPUBLIK KE-73 INDONESIA
• ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA KE-73
• PERINGATAN ULANG TAHUN RI KE-73
• SELAMAT HARI ULANG TAHUN RI KE-73
• SELAMAT DIRGAHAYU RI KE-73
• H.U.T.R.I. KE-73

BENAR
• DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA
• DIRGAHAYU KEMERDEKAAN INDONESIA
• HARI ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• PERINGATAN ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• SELAMAT ULANG TAHUN KE-73 REPUBLIK INDONESIA
• DIRGAHAYU RI

catatan: Dirgahayu artinya berumur panjang, kata sifat.

Belajar Peduli dari Tukang Tambal Ban

0
Belajar Peduli dari Tukang Tambal Ban
Belajar Peduli dari Tukang Tambal Ban

Pagi itu, seperti biasanya, saya berangkat kerja bersama Ibu yang kebetulan tempat kerjanya searah dengan tempat kerja saya. Kami menunggangi Lita, si motor bebek kesayangan. Setelah mengantar Ibu ke tempat kerjanya, saya pun menuju tempat kerja saya.

Tetapi, di tengah perjalanan, terasa si Lita oleng. Segera saya tepikan si Lita dan mengecek apakah ada masalah pada ban atau bagian lainnya. Saya lihat ban depan, tidak ada masalah, lalu saya tengok ban belakang, ternyata sudah kempes, kehabisan angin. “Bocor nih!”, pikir saya. Segera Saya cek lagi apakah ada paku yang menancap, ternyata tidak ada. Pikiran saya selanjutnya adalah mencari Tukang Tambal Ban.

Saya tengok kanan-kiri, tak tampak tanda-tanda keberadaan tukang tambal ban. Tak jauh dari situ, terlihat Ibu-ibu penjual Jamu. Coba Tanya ibu itu saja, siapa tahu dia tahu tempat tambal ban terdekat.

Bu, menawi ibu ngertos tukang tambal ban cedhak mriki, Bu?”, tanyaku. 

Ooh, njenengan ngidul mriku Mas, sak derange rel Sepur, wonten tukang tambal ban”, sahut si Ibu penjual Jamu. 

Kinten-kinten tebih mboten nggih, Bu?”, tanyaku sekali lagi. 

Mboten Mas, paling 100 meter Mas”, jawabnya. 

Ooo, nggih, Bu, matur nuwun”, pungkasku. 

Lalu, saya dorong si Lita ke arah tukang tambal ban yang ditunjukkan oleh Ibu-ibu penjual Jamu tadi. Sekitar 100 meter ku dorong si Lita, cukup ngos-ngosan juga, lumayan lah, anggap saja olahraga pagi. Sesampainya di tukang tambal ban, terlihat ada 4 orang yang bernasib seperti saya dan sedang antre menambalkan ban motor mereka. 

Si Bapak tukang tambal ban terlihat kewalahan menambal 5 ban motor yang bocor karena dia harus bolak-balik dari motor satu ke motor lainnya. Melihat Bapak bukang tambal ban ini kewalahan, seorang pria paruh baya membangunkan seorang pemuda yang sedang tidur pulas. 

Tangi.. tangi.. kae diewangi bapak nambal ban, antrine akeh lho”, katanya setengah berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh si pemuda itu. 

Ternyata pemuda itu adalah anak dari Bapak tukang tambal ban. Tetapi, pemuda itu hanya merespon dengan menggerakkan tubuhnya dan tidak menghiraukan si pria paruh baya itu. 

Sang bapak tukang tambal ban pun menyahut dengan setengah berteriak, “Iyoo, gek ndang tangi, mesakake bapak-bapak (yang bannya bocor) iki podo telat kerjo. Gek ditambal bane gen ora podo telat (kerja)”. 

Mendengar kata-kata sang Bapak, pemuda itu langsung bangun, cuci muka, dan langsung membantu sang Ayah menambal ban. Setelah dibantu anaknya, Bapak penambal ban mulai menambal ban si Lita. Setelah 15 menit, ban si Lita sudah selesai ditambal dan ku lanjutkan perjalanan ke tempat kerja. Tapi tetap saja terlambat 17 menit.


Belajar dari Tukang Tambal Ban 
Dari pengalaman ban bocor ini, terutama dari kata-kata bapak penambal ban dan si anak, saya bisa belajar satu hal, yaitu belajar peduli kepada orang lain. 

Bapak tukang tambal ban ini masih sempat memikirkan dan peduli kepada pelanggannya. Bapak tukang tambal ban ini mungkin merasa khawatir, bagaimana jika orang-orang yang bannya bocor ini terlambat masuk sekolah atau kantor dan dimarahi oleh atasannya. 

Anak tukang tambal ban pun juga demikian. Mendengar ayahnya berkata bahwa banyak orang yang bannya bocor bisa terlambat masuk, ia pun segera bangun dari kenyamanan tidurnya dan segera membantu ayahnya. 

Sejujurnya, saya tidak menyangka kalau bapak tambal ban dan anaknya memiliki rasa peduli yang besar kepada orang lain. Walaupun bentuk kepedulian mereka mungkin sederhana, yaitu menambal ban sesegera mungkin agar orang lain tidak terlambat kerja, tetapi hal ini sudah sangat langka. 

Malu hati ini kepada tukang tambal ban. Bapak tambal ban dan anaknya yang begitu sederhana ini masih punya kepedulian yang lebih untuk orang lain.

Lalu, bagaimana dengan kita?

Belajar dari Pahlawan Nasional Supriyadi

0
Pahlawan Nasional Supriyadi
Pahlawan Nasional Supriyadi

Tentang Supriyadi

Supriyadi adalah seorang Pahlawan Nasional yang lahir pada tanggal 13 April 1923 di Jawa Timur yang ketika itu masih dalam masa kependudukan Hindia Belanda. Ayahnya bernama Raden Darmadi yang dikenal sebagai Bupati Blitar saat kemerdekaan Indonesia. Ibu Supriyadi bernama Raden Roro Rahayu yang merupakan keturunan bangsawan yang meninggal ketika Supriyadi masih kecil.

Sebagai keturunan bangsawan, Supriyadi sudah mengenyam pendidikan dari kecil. Ia mulai mengenyam pendidikan pertamanya dengan bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) yang setara dengan sekolah dasar. Tamat dari sana, ia kemudian masuk sekolah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang setingkat SMP. Dari situ ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (MOSVIA) yang merupakan sekolah untuk kaum bangsawan yang dididik untuk menjadi pegawai pemerintahan atau pamong praja pada masa kolonial Belanda. Namun belum lulus dari sekolah tersebut, tentara Jepang kemudian menduduki Indonesia.

Supriyadi kemudian bersekolah di Sekolah Menengah Tinggi (SMT) dan juga ikut dalam latihan militer yang diadakan oleh Jepang yang dikenal dengan nama Seinindojo di wilayah Tangerang. Tahun 1943, Ketika Jepang mulai membentuk pasukan Pembela Tanah Air (PETA) yang pasukannya terdiri dari pemuda Indonesia, Supriyadi kemudian ikut masuk. Di PETA, Supriyadi menjalani latihan militer yang keras.

Supriyadi kemudian mendapat pangkat sebagai Komandan Peleton atau Shodancho yang kemudian dikenal dengan sebutan Shodancho Supriyadi. Oleh Jepang, Supriyadi kemudian ditugaskan di Blitar, Jawa Timur. Ia membawahi pasukan Peleton I dan Kompi III yang bertugas memberi bantuan senjata berat. Selain itu Supriyadi juga ditugaskan untuk mengawasi para pekerja paksa romusha.

Sebagai pengawas pekerja paksa, Supriyadi menyaksikan sendiri penderitaan rakyat Indonesia yang dipaksa bekerja sebagai Romusha. Selain itu, Ia juga melihat kesewenangan dan diskriminasi tentara Jepang terhadap tentara PETA dan rakyat Indonesia. Dari hal itulah akhirnya, Supriyadi nekat mengadakan pemberontakan yang kemudian dikenal dengan nama pemberontakan PETA di Blitar.

Misteri Keberadaan Supriyadi

Setelah terjadinya pemberontakan PETA terhadap Jepang pada 14 Februari 1945, keberadaan Supriyadi masih menjadi misteri. Ada yang menyebutkan bahwa Supriyadi telah gugur ketika pemberontakan itu, tetapi jenazah atau kuburannya tidak pernah ditemukan.

Ada kabar yang menyebutkan bahwa Supriyadi disembunyikan di sebuah goa, ada juga kabar bahwa ia disembunyikan orang Jepang, ada yang mengaku sempat merawat supriyadi yang sedang sakit dan kemudian meninggal, bahkan ada yang mengaku bahwa dirinya sebagai Supriyadi.

Terlepas dari misteri keberadaan Supriyadi, jasa-jasanya sebagai Pahlawan Nasional Indonesia yang berani dalam melawan penjajah wajib kita hormati dan hargai.

Belajar dari Supriyadi

Sebenarnya, pangkat Supriyadi sebagai Komandan Peleton atau Shodancho merupakan zona nyaman baginya. Selain mendapatkan pangkat, Ia juga mendapatkan kedudukan dan juga gaji yang tinggi dari Jepang.

Tetapi atas nama kemanusiaan, Ia tidak bisa membohongi hati kecilnya yang memiliki darah Indonesia. Supriyadi tidak tahan lagi melihat saudara sebangsa dan setanah airnya dipaksa bekerja menjadi romusha serta diperlakukan secara tidak manusiawi. Akhirnya Supriyadi merencanakan pemberontakan yang sekaligus menghilangkan pangkat, kedudukan, dan gajinya yang tinggi.

Supriyadi rela meninggalkan zona nyamannya dengan segala risikonya untuk memperjuangkan kemerdekaan banyak orang. Bahkan, saat memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota PETA untuk melakukan pemberontakan terhadap Jepang, Supriyadi berkata, “Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan, ataupun gaji yang tinggi”.

Lalu pelajaran apa yang bisa kita ambil dari Supriyadi?
Jika kita memperjuangkan sesuatu, maka kita harus tetap fokus pada tujuan dan perjuangan kita tanpa mengharapkan pamrih apa pun dari yang kita kerjakan. Berpikirlah bahwa satu-satunya yang akan kita dapatkan adalah tercapainya tujuan kita dengan setiap prosesnya. Jika nantinya kita mendapat sesuatu diluar tujuan kita, maka anggaplah itu adalah bonus dari jerih payah dan perjuangan kita.

Saya rasa, konsep pemikiran di atas bisa diterapkan di semua aspek kehidupan. Sebagai contoh sederhananya dalam aspek pendidikan: ketika belajar di sekolah, fokus saja pada tujuan menuntut ilmu, masalah mendapat nilai bagus dan mendapat beasiswa, anggaplah sebagai bonus dari ketekunan dalam belajar. Atau contoh lain di lingkungan kerja: kerjakan apa yang menjadi tugas kita dengan sungguh-sungguh, masalah mendapat pujian dari boss atau mendapat gaji tambahan itu hanya sekedar bonus dari kesungguhan bekerja.

Tetapi, terkadang yang namanya manusia bisa juga gagal fokus. Ada (banyak) kasus, bonus dijadikan tujuan utama, sedangkan tugas atau pekerjaan utama malah dianggap sebagai sampingan. Mungkin, gagal fokus inilah yang telah melahirkan pada “Licker”.

Kita wajib bersyukur kepada pahlawan-pahlawan kemerdekaan Indonesia karena mereka selalu fokus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang diwariskan kepada anak cucunya sampai sekarang.

Itulah beberapa pelajaran yang bisa saya ambil dari Pahlawan Nasional Supriyadi. Postingan ini saya tutup dengan quote dari Supriyadi:

“Kita yang berjuang jangan sekali-kali mengharapkan pangkat, kedudukan, ataupun gaji yang tinggi”
(Disampaikan pada saat Supriyadi memimpin pertemuan rahasia yang dihadiri beberapa anggota PETA untuk melakukan pemberontakan melawan Pemerintah Jepang)


Referensi:
http://belogsingkat.blogspot.co.id/2013/11/misteri-sejarah-keberadaan-supriyadi.html
https://politikmiliter45.blogspot.co.id/2016/06/biografi-supriyadi-pahlawan-nasional.html

Belajar Menjadi Pemimpin

0
Belajar Menjadi Pemimpin
Ilustrasi Pemimpin

Suatu hari, masuk ke ruang meeting. Duduk dan mendengarkan penjelasan. Bosan, ku alihkan pandangan ke arah kalender kecil yang berdiri di tengah meja. Di belakangnya, ada tulisan tentang kepemimpinan. 

Jika kita memiliki jabatan yang lebih tinggi, janganlah menjadi sulit menerima pendapat dari bawahan.

Jika kita memiliki kekayaan yang lebih banyak, janganlah menjadi sulit mendengar kata-kata orang biasa.

Jika kita memiliki kepandaian yang lebih unggul, janganlah menjadi sulit mempertimbangkan argumentasi orang lain.

Biasanya orang yang merasa dirinya “lebih” akan sulit menerima pendapat orang lain, karena ia selalu menganggap dirinya lebih benar atau lebih baik.

Orang yang seperti ini umumnya penuh dengan keangkuhan dan terlalu menjunjung tinggi harga dirinya, sehingga sedikit saja terusik harga dirinya, maka kebodohan demi kebodohan akan dibuatnya.

Ingatlah, bahwa keangkuhan mendatangkan cemooh yang memalukan.

Janganlah kita menjadi pribadi yang angkuh.

Janganlah kita angkuh hanya demi gengsi.

Janganlah kita haus dihormati orang lain.

Karena semua itu hanya akan merugikan diri kita sendiri.

Milikilah sikap rendah hati, karena Tuhan mengasihi orang yang rendah hati dan hikmat ada pada orang yang demikian. Biarlah Tuhan yang menjaga harga diri kita, karena Dia sanggup menegakkan setiap kepala yang tertunduk.

Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.
Amsal 11:2

Pernahkah kita merasa cukup belajar?

0
Belajar

"Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana" 
Amsal 90:12

Apakah seseorang pernah menanyakan pendidikan terakhir kamu? Atau apakah kamu pernah bertanya kepada seseorang tentang pendidikan terakhirnya? Bila pernah, apakah jawaban yang biasanya kamu katakan dan jawaban apa pula yang kamu dengar? Pada umumnya orang akan mengatakan pendidikan terakhirnya SD, SMP, SMA, atau S1. Bukankah jawaban itu juga yang sering kita ungkapkan dan kita dengar?

Jawaban umum semacam itu terdengar seperti jawaban yang tepat, namun sebenarnya menyempitkan makna pendidikan. Pendidikan disamakan dengan sekolah, padahal keduanya memiliki ruang lingkup yang berbeda. Sekolah identik dengan gedung, tuang kelas, buku, dan guru. Tanpa hal itu sekolah tidak dapat dikatakan sebagai sekolah. Lain halnya dengan pendidikan yang tidak selalu membutuhkan gedung, ruangan, maupun buku. Karena itu pengertian antara pendidikan dan sekolah tidak disamakan. Pernyataan yang tepat adalah sekolah merupakan salah satu perpanjangan tangan dari pendidikan.

Pendidikan tidak ada batasnya dan tidak ada akhirnya. Pendidikan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Pendidikan juga tidak membatasi usia seseorang. Pendidikan sudah dimulai sejak seseorang bernapas dan berakhir saat napasnya berhenti. Apakah mungkin seseorang bisa tamat dari pendidikannya? Jawabnya seharusnya tidak, kecuali tentunya bila orang itu "tamat" hidupnya.

Pendidikan atau pembelajaran tidak mungkin kelar karena pada hakikatnya pembelajaran itu sendiri adalah hidup untuk belajar (learning to be). Hidup untuk belajar tidak hanya menyerap dan menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Hidup untuk belajar juga tidak hanya mencetak prestasi dan kedudukan semata. Hidup untuk belajar artinya mampu mengeluarkan potensi dirinya dan membuat dirinya menjadi "nyata" bagi sesamanya. Sebagai konsekuensinya, hidup untuk belajar menuntut perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan yang tidak hanya menjadikan orang tersebut berubah, namun juga mampu merubah orang-orang disekitarnya.

Hanya orang-orang yang belajar terus dan terus belajar lah yang mampu mengenali potensi dirinya, sekaligus menjadikan potensi itu berguna bagi diri dan sesamanya. Karena itu, kita tidak boleh menjadikan kelulusan sebagai tujuan dan akhir dari pembelajaran. Akan ada banyak potensi terpendam bahkan hilang ketika kita berhenti belajar. Semakin banyak potensi yang terbuang, semakin minim "bahan" untuk membangun diri sendiri dan sesama. Lantas, apakah dampaknya?"kehancuran" menggerogoti perlahan seperti sekelompok rayap yang memakan sebatang kayu.

Jauh sebelum mengartikan hakikat pembelajaran, Allah sudah mengatakan melalui firman-Nya di dalam Amsal, " Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana". Artinya menghitung hari adalah memaknai hari. Memaknai hari mengharuskan seseorang untuk belajar, berbeda dengan melalui hari yang tidak perlu belajar. Tujuan memaknai hari adalah untuk memperoleh hati yang bijaksana. Hati yang bijaksana akan membuat seseorang berubah dan mampu merubah orang lain. Seseorang yang bisa memaknai harinya, merubah dirinya, dan merubah orang lain adalah mereka yangmau terus belajar di sepanjang hidupnya.

Pernahkah kita merasa cukup belajar? Atau pernahkah kita merasa terlalu banyak belajar? Jika kita seorang pembelajar sejati, maka kita tidak pernah ada kata cukup apalagi terlalu banyak untuk belajar terus dan terus belajar.

Kamis, Beskap, dan Rantai Copot

0
Kamis, 12 April 2012

Hari Kamis dan Beskap

Kamis pagi ini saya berangkat ke tempat kerja di Kota yang sering disebut The Spirit of Java. seperti biasa setiap hari kamis, dinas PemKot Solo dan tenaga kependidikan harus memakai pakaian adat jawa. Kebaya bagi perempuan dan beskap bagi laki-laki. Saya bekerja sebagai tenaga kependidikan, saya juga mengenakan pakaian adat jawa, yaitu beskap.

Beskap Landung
Ini saya pakai Beskap
Bersama si LiTa (motor saya plat AD xxxx LT) saya berangkat melewati persawahan diiringi kicauan burung, dan sejuknya udara pagi. Matahari mulai mengintip dari balik pegunungan, oh indahnya Kota Makmur ini.

Belajar dari Pohon Pisang

1
siapa sih yang ga tau pohon pisang???
Pohon Pisang

Pohon pisang banyak dijumpai di daerah tropis, seperti di Indonesia. Pohon dari suku Musaceae ini juga sangat melekat di lidah orang Indonesia karena selain rasanya yang manis nan lembut, buah yang biasanya memiliki kulit berwarna kuning ini sangat mudah didapatkan.

Kado Natal: New Job

0
Kado Natal

22 Desember 2011
Siang itu aku habiskan waktu dengan main game… karena tidak ada kerjaan lain. #Derita Mahasiswa Semester Akhir. Hehehe… sebenarnya aku sudah memikirkan tentang nantinya akan kerja apa dan dimana. Kepikiran sih, aku memang kuliah di jurusan pendidikan, tapi aku sebenarnya masih ragu-ragu untuk jadi guru karena aku kurang pintar untuk berkomunikasi. So, whatever lah, pikir sambil jalan aja…

Teringat beberapa bulan lalu, aku memasukkan lamaran ke salah satu sekolah swasta di kota yang disebut-sebut the spirit of java. Tapi sampai sebulan tidak ada panggilan, hmm… ya sudah, mungkin juga belum boleh jadi guru dan ngajar di sekolah itu. Yaes, kembali ke kegiatan rutinku, main game, hahaha :D

Belajar dari Kopi Tubruk

0
27 Oktober 2011
Siapa sih yang tidak tahu tentang kopi???
Buah yang berasal dari nama yang sama ini sudah dimanfaatkan manusia dari sejak dulu kala. Buah kopi yang berwarna merah kecoklatan ini disulap manusia menjadi  sebuah minuman yang sangat nikmat. Ketika berbicara tentang minuman kopi, anda perlu tahu bahwa minuman jenis ini menjadi pilihan favorit karena rasa dan aroma yang ditawarkan sangat berbeda dengan yang lainnya. Bagi banyak orang kopi adalah minuman wajib di pagi hari, sore hari, atau juga saat kita disibukkan oleh tugas yang seabrek. Kopi bahkan dikenal sebagai minuman sosial. Kopi sudah menjadi bagian dari hidup kita.

Kopi
Sekarang ini, Kopi sudah banyak berkembang. Tidak hanya kopi original, tapi sekarang juga bermunculan banyak kopi dengan berbagai bahan campuran dan pelengkap sehingga menambah cita rasa minuman. Bahkan andapun juga dapat membuat sendiri varian kopi ini sesuai selera anda. Anda dapat membuat minuman kopi yang agak tradisional seperti kopi jahe, kopi ginseng, atau anda lebih suka yang modern seperti cappuccino, espresso dan masih banyak lainnya.

Namun dari banyak varian yang tersedia saat ini, saya memilih Kopi Tubruk sebagai kopi terfavorit.
Mengapa? Simak lebih lanjut

Metamorfosis

0
Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. 


Suatu hari lubang kecil muncul.

Orang itu duduk dan mengamati dalam beberapa jam ketika kupu-kupu itu berjuang memaksa dirinya melewati lubang kecil itu.

Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan.

Belajar Cinta dari Double Battle Pokemon D&P

0
Seperti Minggu pagi yang lainnya, bangun tidur saya langsung menonton kartun kesukaan saya, tentu saja setelah Giving my praise, worship, and thanks to The Lord. kartun kesukaan saya itu adalah Pokemon. sampe ada yang bilang, "udah gede tontonannya masih kartun aja" trus saya jawab, "biarin ah! daripada nonton film yang enggak2, haiyo..." Taukan Pokemon??? pasti tau lah, itu lho monster yang disimpen dalam sebuah bola. kalau ga tau, googling aja sana, ketik keyword pokemon! :p

episode saat itu menceritakan Ash (Satosi nama Jepang), sang tokoh utama yang berada di sebuah kota yang menyelenggarakan Double Battle. Double Battle kali ini berbeda, karena pasangan duel mereka ditentukan secara acak. dan secara kebetulan sekali *mungkin sudah diceritakan begitu* Ash ber-partner dengan Paul, Rival berat Ash yang sangat kaku dan keras kepala. Saat pasangan Trainer (sebutan untuk pemilik dan pelatih Pokemon) membahas strategi bertanding, Ash dan Paul malah asyik bertengkar sendiri. huhf... namanya aja rival... satu kalimat yang diucapkan Paul kepada Ash sambil berjalan menjauhi Ash:

Ketika suatu kehidupan bertemu dengan kehidupan yang lain, maka akan terbentuk satu kehidupan baru.

Pertandinganpun dimulai, Ash menggunakan Pikachu dan Paul menggunakan Chimcar. gerakan dan jurus-jurus mereka tidak ada yang kompak dan bisa dipastikan mereka akan kalah, ditambah lagi musuh mereka mengeluarkan Rhydon dan Magmar.


Perumpamaan Tentang Ban Bocor

1
4 November 2008
Hari ini saya mengendarai motor menuju ke suatu tempat. Saya pacu gas agar cepat tiba di tempat tujuan.

Dalam perjalanan tersebut saya bertemu berbagai macam rintangan, halangan dan hambatan; penyeberang jalan yang dengan seenaknya sendiri menyeberang tanpa memperhatikan sekelilingnya; pengendara lain yang seenaknya mendahului atau belok tanpa memberikan tanda; banyak pula kendaraan besar baik bus maupun truk yang juga menghambat laju kendaraan saya; dan banyaknya persimpangan jalan serta lampu merah membuat saya harus extra hati-hati. Rasanya ingin cepat sampai tempat tujuan.

Tiba-tiba motor saya oleng. Ternyata ban depan motor saya bocor, suatu hal yang benar-benar tidak saya inginkan, dan tentu saja yang juga tidak orang lain inginkan. Hm… Perjalanan saya terhenti. Sebuah paku kecil menembus ban depan saya, kecil memang, tetapi tajam, dan membuat perjalanan saya terhenti. Satu hal yang harus saya segera lakukan, cabut paku tersebut dan menambalkan ban saya.

Perumpamaan Tentang Ban Bocor
Perumpamaan Tentang Ban Bocor

Tidak jauh dari saya berhenti, terdapat bengkel yang juga bisa menambal ban bocor. Ketika menunggu ban sepeda motor yang sedang dicabut pakunya dan ditambal oleh sang ahli, tukang tambal ban, saya tersadar akan suatu hal dan mendapat suatu pelajaran yang sangat berharga. 

Perjalanan saya itu diumpamakan sebagai perjalanan hidup kita masing-masing dalam mencapai sebuah tujuan yang telah Tuhan tetapkan dalam kehidupan kita. Dalam perjalanan itu ada banyak sekali hambatan, rintangan atau pun halanga dan bisa diumpamakan rintangan itu adalah kendaraaan besar, penyeberang dan pengendara lain yang bertingkah seenaknya yang mengharuskan kita selalu waspada dan hati-hati agar perjalanan kita tidak terhenti.

Banyaknya persimpangan dalam perjalanan hidup kita, juga membuat kita lebih berhati-hati dalam memilih, ikut kehendak Tuhan atau yang lain.

Lalu bagaimana dengan ban bocor?
Ban diibaratkan seperti hati kita, yang rusak karena ada sesuatu yang menusuk. Hati kita terluka karena tusukan, dimana tusukan tersebut berasal dari luar diri kita. Perkataan kasar bahkan menyakitkan yang keluar dari teman-teman kita sekelas, saudara kita, orang tua kita, bahkan sahabat atau pacar kita membuat hati kita terluka.

Apa yang harus kita lakukan?
Seperti pada kasus ban bocor tadi, jika ban motor kita bocor, kita datang ke ahli tambal ban.

Jika hati kita yang bocor?
Ya… ke Seseorang yang ahli “menambal” hati kita; Tuhan.

Paku yang menusuk tadi otomatis harus dikeluarkan dari ban saya, demikian juga kita harus mau mencabut segala sesuatu yang menusuk hati kita.

Bagaimana caranya mencabut sesuatu yang menusuk hati kita?
Dengan FF (Forgive & Forget), kita harus mau mengampuni siapa pun yang telah membuat hati kita terluka. Tak cukup mengampuni, kita harus melupakan perbuatannya, walau hal ini sulit dilakukan.

Ketika kita ingat perbuatannya, dengan segera kita harus mengingatkan diri kita sendiri bahwa kita sudah mengampuninya, dan terus berpikir positif tentang orang tersebut.

Apakah dengan mencabut paku tersebut, sudah beres permasalahannya?
belum. saya harus mempersilakan sang ahli tambal ban untuk menambal ban saya yang bocor tadi. Demikian pula ketika kita sudah FF, kita harus mau mempersilakan Tuhan untuk membalut hati kita yang terluka

Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka;
Mazmur 147:3

Perumpamaan tentang Bambu

0
Suatu hari, seorang pria yang putus asa ingin meninggalkan segalanya, meninggalkan pekerjaan, hubungan, dan meninggalkan kehidupan. Ia lalu pergi ke hutan untuk menenangkan hatinya.

Tuhan,” katanya sambil meneteskan air mata. “Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yang baik untuk jangan berhenti hidup dan menyerah ?

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan. Coba lihat ke sekitarmu. Apakah kamu melihat pakis dan bambu?


Ya,” jawab pria itu.

Mendadak Ribet: tidak boleh memakai jalan pintas

0
6 April 2011
Rabu pagi berangkat ke kampus tanpa beban dan pikiran, santai gitu… karena memang saya ga ada kuliah. Kalo ga ada kuliah ngapain ke kampus??? Biarin… :P

sarapan di kantin gedung C bareng Karina, tumben nih saya sarapan di kantin, biasanya ga pernah makan di kantin, hm… tapi ga tau juga nih, dari senin pengennya makan di kantin… trus, saya nongkrong di deket lab, sapa tau ada temen yang bisa di ajak Hang Out. Enak banget nih hidup gue?

Eits, kesenangan saya sebenter lagi akan sirna. Di deket Lab ada Desy, adek tingkat di Biologi, saya pun terlibat percakapan singkat dengan dia.

hai Des…” saya menyapa

Tidak Mau Kalah dengan Kumis

0
26 Maret 2011
Sebenernya mau nulis dari dulu sih, tapi belum sempet, maklum sibug skripsi… jadi baru bisa nulis sekarang, harap maklum…

Ceritanya nih, sabtu siang saya mau hang out, rencananya sih pengen karaokean di Solo Square trus lunch di Solo Grand Mall trus potobox di sana. Hm…  Acara hang out kali ini beda, jangan tanya kenapa hang out kali ini beda, karena kalo ditanya saya hanya bisa tersenyum tersipu malu, intinya saya harus tampil rapi, bersih dan wangi, pokoknya all out dah…  tahu lah, saya mau maen ma sapa??? hehehe

Untuk mendapatkan tampilan yang maksimal di acara maen bareng ma ****** maaf, privasi hehehe. pertama-tama saya harus mencukur rambut yang tumbuh di antara hidung dan mulut saya, orang normal menyebutnya kumis. ya… kalo orang ga normal bisa aja bilang alis, sama-sama berakhiran –is, hehehe. Oke, saya bercukur di depan kaca di ruang tengah. Keasyikan mencukur kumis, saya tidak sadar ibu saya sudah berada di belakang saya, ikutan ngaca sambil merias wajah karena memang pagi itu ibu harus berangkat kerja dan saya juga harus nganter ibu saya yang kebetulan tempat kerjanya searah dengan rumah salah satu teman saya.



Ya… sambil basa-basi, saya sedikit ngobrol dengan ibu saya…

Saya bertanya, “buk… kenapa ya, tiap hari kumis saya tumbuh terus???

lha… maka dari itu, kumis aja tiap hari bertumbuh masa kamu kalah dengan kumis???” sahut ibu saya

Saya menyahut, “Hah??? *sambil bengong, kaget dengan jawaban ibu yang agak GeJe

Memang, jawaban ibu saya agak nyleneh, ngelantur dan melenceng 180 derajat dari pertanyaan saya. Namun, dari itu saya tersadar akan sesuatu, bener juga yang dikatakan ibu saya ya… kumis aja bisa bertumbuh setiap hari, hm… kalo kumis tidak saya cukur, mungkin saya udah kayak kakek-kakek yang berjenggot, bedanya kalo kakek-kakek itu kumis dan jenggotnya putih, kalo saya masih hitam, hehehe

Saya ga mau kalah dengan kumis, pokoknya tiap hari saya harus bertumbuh ke arah yang lebih baik, hm… bertumbuh dalam segala aspek lah… asalkan tidak ada “pencukur” yang bisa memotong saya, saya akan tetap bertumbuh. “pencukur” yang biasa memotong saya adalah kemalasan, terkadang hanya malas sedikit sih, tapi rupanya sangat berpengaruh dalam pertumbuhan saya, menghambat bahkan bisa memotong pertumbuhan saya. Ga boleh malas lagi…
Tetep semangat dan andalkan TUHAN dalam segala hal…

Satu pelajaran yang saya petik dari kejadian ini:

Jika kumis saja bisa bertumbuh setiap hari, pasti kita juga bisa bertumbuh ke arah yang lebih baik setiap harinya.