Analogi cinta Soe Hok Gie


Siapa sih yang ga kenal Soe Hok Gie? Seorang pemuda yang rupawan dimana dulunya dia adalah seorang penulis. Tulisannya bisa dikatakan sangat berani karena dibawah tekanan yang sangat keras dimana nyawa seseorang adalah hal yang dianggap sepele, dia berani mengungkapkan fakta-fakta dan kritikan terhadap kondisi saat itu. Pemuda yang juga mahasiswa Fakultas Sastra UI ini memiliki sahabat-sahabat yang akrab sekali, yaitu Herman, Denny dan Ira. Cowok berdarah oriental yang suka naik gunung ini, terkadang bersama sahabat-sahabatnya dan anggota mapala Fakultas Sastra sering naik gunung untuk menghilangkan penat atau sekedar mencari udara segar.

Seperti kehidupan mahasiswa pada umumnya, gie juga mengalami indahnya cinta dan persahabatan. Dalam film Gie produksi tahun 2005, Gie diceritakan ada rasa dengan sahabatnya, Ira. Akan tetapi, Gie sangat menghormati Ira, hingga kerap kali ditanya sahabat-sahabatnya tentang hubungannya dengan Ira, ia menjawab “Ira itu beda, dan saya menghormati Ira sebagai sahabat” Ira pun juga demikian. Namun, siapa tahu isi hati orang?

Setelah beberapa lama, Gie berkenalan dengan Sinta. Perkenalannya saat itu membuat Gie dan Sinta saling tertarik dan sesekali diceritakan Gie mengunjungi rumah Sinta. Seperti halnya kaum muda yang dilanda kasmaran, Gie dan Sinta pun semakin dekat, bahkan sering jalan berdua berkeliling kota menikmati suasana malam. Ira yang mengetahui kedekatan Gie dan Sinta mendadak bersifat aneh, Ira kerap menghindar dari Gie dan bahkan tidak pernah menemui Gie. Hm… apakah ini yang dinamakan cemburu?

Ternyata, cinta antara dua muda-mudi yang gagal bersatu karena mengatasnamakan persahabatan tidak hanya terjadi di era millennium saja, tetapi tempo doeloe kala sudah ada kasus seperti itu juga. Jaman sekarang, kasus ini sering bermunculan dengan banyak variasi, salah satunya TTM (Teman Tapi Mesra). Kebanyakan orang yang ber-TTM-an, mengaku bahwa pasangan mereka adalah hanya sebatas teman belaka, tapi kenyataannya kerap kali terselip kata-kata mesra di antara mereka. Walau tidak mengakuinya, tetapi dari tindakan mereka yang bila diperhatikan dengan seksama adalah suatu bentuk kasih sayang itu menunjukkan adanya perasaan cinta yang mendalam.

Mengapa tidak jujur saja dan bilang I love you ? kebanyakan akan menjawab, “saya tidak ingin merusak persahabatan yang sudah terjalin baik” okey, jawaban yang logis memang, tapi bukankah itu sama saja membohongi diri sendiri? Hm… memang kejujuran itu kadang terasa pahit, coba bayangkan ada kasus seperti itu dan si cowok nekat mengungkapkan isi hatinya. Namun apa yang terjadi? Terjadilah penolakan dari kubu si cewek. Secara teori, kondisi seperti ini tidak mengganggu persahabatan, namun dalam kenyataannya cewek yang cenderung bersifat sensitive, lama-kelamaan akan merasa tidak enak dan menjauh dari si cowok. Persahabatan yang mereka jalin selama ini akan musnah begitu saja. Itulah alasan mengapa banyak yang mempertahankan hubungan yang disebut TTM ini.

Sampai sekarang ini, belum ada cara yang paling jitu untuk mengatasi kasus di atas.  Tapi ada beberapa langkah yang patut dilakukan, yaitu pertama, tetap jaga komunikasi yang baik : okey, setiap orang berhak untuk mencintai dan dicintai, dan semua itu adalah pilihan.  So, jika kamu memilih untuk mengungkapkan perasaan, ungkapkanlah dengan tulus. dan jika kamu memilih untuk memendam perasaanmu, hm… jagalah itu semua untuk persahabatan kalian dan jangan marah kalau sahabatmu sudah jadian dengan orang lain. Hidup itu pilihan, terserah kamu mau mengungkapkannya atau memendamnya sampai mati, seperti yang dilakukan Soe Hok Gie. Gie mengungkapkan isi hati untuk terakhir kalinya kepada ira melalui puisi yang ditulisnya dalam sepucuk surat.

Puisi Soe Hok Gie untuk Ira

Ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekah
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Virhaza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku…
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendalawangi

Ada serdadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biavra
Tapi aku ingin mati disisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satupun setan tahu

Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra
Yang pernah baik dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa
Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa

Nasib terbaik adalah tidak pernah terlahirkan
Yang kedua adalah dilahirkan tapi mati muda
Yang tersial adalah berumur tua
Berbahagialah mereka yang mati muda

Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada
Berbahagialah dalam ketiadaanmu

Soe Hok Gie meninggal di puncak gunung Semeru pada bulan Desember 1969 di pangkuan sahabatnya, Herman Lantang. Catatan hariannya diterbitkan pertama kali di tahun 1983. Di ambil dari film Gie, produksi tahun 2005.

Not need to know.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

4 komentar

Write komentar
Unknown
AUTHOR
9 Oktober 2012 pukul 11.52 delete

yup, emang gie inspiratif banget...
salam kenal

Reply
avatar
christiyoda
AUTHOR
2 Januari 2018 pukul 09.55 delete

yupp.. salam kenal juga..

Reply
avatar