21 Maret, SDD, dan Hari Puisi Sedunia

Berawal dari baca-baca guyonan receh di jagat Twitter, tak sengaja menemukan hashtag #haripuisisedunia dan #21maret. Apakah tanggal 21 Maret itu hari puisi sedunia? Itulah pertanyaan yang langsung terlintas. Penasaran, coba cek dan cari info di Google. Ternyata benar, tanggal 21 Maret adalah Hari Puisi Sedunia.

Saya baru tahu kalau setiap tanggal 21 adalah Hari Ouisi Sedunia. Sedangkan Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April. Bicara tentang puisi, mengingatkan Saya kepada seorang Penyair asal kota Bengawan yang terkenal dengan puisi-puisinya, yaitu Sapardi Djoko Damono.
21 Maret, SDD, dan Hari Puisi Sedunia
Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono adalah seorang guru besar dan Sastrawan yang juga sering disapa SDD. Ia lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. SDD mulai menulis sejak remaja dan sampai saat ini (2019), Ia masih aktif manghasilkan karya-karya dalam bidang Sastra. Bahkan belum lama ini, SDD baru saja merilis buku terbarunya, yang berjudul Sepasang Sepatu Tua.

Entah sejak kapan Saya mulai menyukai dan membaca puisi-puisi karya SDD ini, rasanya sudah lama sekali, sejak jaman kuliah, mungkin. Saya sudah jatuh cinta kepada karya-karya SDD ini sejak pertama membacanya. Menurut Saya, SDD ini adalah seorang Penyair yang jenius karena Ia berhasil menyampaikan makna yang sangat dalam dengan pemilihan kata sederhana. Dalam (sebagian besar) puisinya, Ia memilih kata sederhana dan tidak banyak bermetafora tapi Ia sudah bisa memberikan "nyawa" kepada puisi-puisinya. Salah satu karya SDD yg Saya sukai adalah puisi yang berjudul "Sajak Kecil Tentang Cinta".

Sajak Kecil Tentang Cinta
mencintai angin harus menjadi siut
mencintai air harus menjadi ricik
mencintai gunung harus menjadi terjal
mencintai api harus menjadi jilat
mencintai cakrawala harus menebas jarak
mencintaimu harus menjadi aku
~Sapardi Djoko Damono~

Tidak hanya karya-karyanya saja, tetapi gaya dan style fashionnya pun Saya suka, terutama topinya. SDD kerap terlihat mengenakan topi pet atau kalau Saya bilang topi Baret, karena bentuknya mirip Baret yang dipakai tentara. Saya pernah punya topi seperti itu sih, tapi sudah hilang karena tertinggal saat naik bus.

Tulisan ini Saya akhiri dengan sebuah puisi singkat:
Mungkin hanya untaian kata-kata,
tapi itulah caraku menyampaikan makna.

Selamat Hari Puisi Sedunia.

Not need to know.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar
Anonim
AUTHOR
15 Januari 2022 pukul 10.53 delete

Bet365 vs SBK - 2021 World Cup 2021 11bet 11bet 카지노사이트 카지노사이트 happyluke happyluke 카지노사이트 카지노사이트 leovegas leovegas クイーンカジノ クイーンカジノ 7 Casino in Asia - Online casino - 온라인 블랙 잭

Reply
avatar