Pro dan Kontra Tanaman Transgenik

Pro dan Kontra Tanaman Transgenik
Pro dan Kontra Tanaman Transgenik

Tanaman Transgenik adalah tanaman yang di dalamnya mengandung gen hasil transformasi. Gen yang ditransformasikan tersebut bisa berasal dari spesies yang sama atau spesies yang berbeda, bahkan bisa berasal dari organisme yang berbeda. Istilah lain untuk organisme transgenik adalah Genetically Modified Organism (GMO). Khusus untuk tanaman yaitu Genetically Modified Plants atau Genetically Engineered Plants.

Beberapa contoh tanaman transgenik yaitu Jagung Bt, Kedelai Bt, dan Kapas Bt yang tahan hama dan toleran herbisida. Dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu. Dari sinilah muncul pro dan kontra terhadap tanaman transgenik.

Pro Tanaman Transgenik

Kelompok pro tanaman transgenik berpendapat bahwa tanaman transgenik dan produk olahannya aman dan menguntungkan dan patut dimasyarakatkan produk transgenik tersebut. Pertengahan 1990-an, pelaku agribisnis mulai mempromosikan benih tanaman transgenik yang diklaim mengurangi pemakaian pestisida dan ramah lingkungan, seperti : jagung Bt, kapas Bt, dan kedelai Bt, kanola yang tahan hama dan toleran herbisida. Tanaman transgenik tahan hama, memiliki keuntungan ganda. Karena dengan disisipi gen bakteri tanah Bt, sel tanaman akan menghasilkan crystalline (Cry) protein yang bersifat toksik terhadap hama serangga tertentu. Terutama ulat bulu dan hama penggerek yang menggerogoti tanaman Bt, tapi tidak berbahaya bagi organisme lain.

Ilmuwan pro tanaman transgenik berpendapat bahwa racun Bt hanya membunuh ulat tertentu, dan tidak mampu membunuh hewan lain maupun manusia yang mengkonsumsi jagung Bt. Tidak perlu mengkhawatirkan nasib serangga berguna, predator pemangsa ulat, burung atau hewan ternak pemakan daun jagung Bt. Tidak berpengaruh buruk terhadap flora dan fauna dalam tanah dan sekitarnya.

Tanaman transgenik mulai ditanam secara komersial di Cina, lewat jenis tembakau, tahun 1992. Pada 1994 tomat lambat matang (awet segar) Flavr Savr menjadi produk transgenik pertama yang ditanam untuk dipasarkan di AS. Sejak itu, areal berbagai jenis tanaman transgenik melonjak. Tahun 2000, melonjak sampai 11% (setara 4,3 juta ha), dan areal tanaman transgenik seluruhnya 44,2 juta ha (Scientific American, April 2001). Dari total 44,2 juta ha, 33,5 juta ha ada di negara industri, dan 10,7 juta ha di negara berkembang.

AS sebagai negara produsen tanaman transgenik terbesar (68% dari total areal transgenik dunia), terdiri atas tanaman kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik. Argentina (23%, meliputi kedelai, jagung, dan kapas transgenik), Kanada (7%, kedelai, jagung, dan kanola transgenik), Cina (1%, tanaman kapas transgenik). Negara lainnya (1%), meliputi Afrika Selatan (jagung dan kapas transgenik), Australia (kapas transgenik), Rumania (kedelai dan kentang transgenik), Meksiko (kapas transgenik), Bulgaria (jagung transgenik), Spanyol (jagung transgenik), Jerman (jagung transgenik), Prancis (jagung transgenik), Uruguai (kedelai transgenik ). Sementara di beberapa negara Asia belum tercatat.

Sekarang ini ada lebih dari ratusan produk bioteknologi modern, dan lebih dari seratus produk pertanian pangan telah dipasarkan (US FDA, Center for Food Safety and Appiled Nutrition, CFS-AN handout: 1995 dalam Berita Bumi, Desember 2000). Petani pun tinggal pilih, mau varietas yang toleran herbisida, tahan hama, atau yang tahan penyakit.

Jumlah tanaman transgenik diprediksi meningkat cepat dalam beberapa tahun terakhir ini. Jenis yang banyak diperkenalkan mulanya jagung, kedelai, kapas, dan kentang, kemudian disusul tanaman buah, sayuran, dan pakan ternak.

Kentang Bt NewLeaf dari Monsanto diperkenalkan tahun 1996, dirancang tahan hama penggerek kentang (colorado potato beetle, CPB). Varietas kentang tahan virus dirilis tahun 1998, yang disisipi Bt tahan potato leafroll virus dan potato virus Y (mosaic). Varietas tanaman pakan ternak alfalfa Bt ditanam secara terbatas tahun 1997, dirancang tahan potato leafhopper. Varietas labu tahan cucumber mosaic virus, zucchini yellow virus, dan water melon mosaic virus, ditanam tahun 1997 dan 1998. Kanola Liberty (glufosinate) Link yang terdaftar di Kanada, muncul pertama kali di AS tahun 1998 - 1999, diikuti padi (2000) dan gula bit (2001).

Sebagian dari tanaman yang direkayasa tahan herbisida (glyphosate) - gandum, gula bit, selada dan kentang - mulai tersedia tahun 2000. Tanaman rekayasa yang ditanam ditahun 2000 didominan oleh kedelai, jagung, kapas, dan kanola transgenik . Areal tanamnya mencapai 16% dari 271 juta ha areal tanaman empat komoditas itu (transgenik dan konvensional). Luas areal tanaman jagung keseluruhan 140 juta ha (7%-nya jagung transgenik ), kedelai 72 juta ha (36% kedelai transgenik ), kapas 34 juta ha (16% kapas transgenik ), dan kanola 25 juta ha (11% kanola transgenik ).

Tahun 2000, area tanam seluruh dunia untuk varietas transgenik naik 11% dibandingkan dengan area tanam 1999. Area kedelai 58% dari total area transgenik (26,64 juta ha), jagung 23% (10,27 juta ha), kapas 12% (5,3 juta ha), dan kanola 6% (2,65 juta ha). Keempat tanaman transgenik itu toleran herbisida (74%), tahan hama (19%), atau kombinasi keduanya (7%) (Berita Bumi, Desember 2000).

Belum lagi produk rekayasa gen yang kini baru diciptakan atau masih diteliti di berbagai lab dengan macam-macam target pula. Misal, baru-baru ini di Hawaii berhasil diciptakan varietas pepaya transgenik UH Rainbow tahan terhadap virus ringspot.

Di AS diteliti tomat transgenik dengan target memperbaiki kadar nutrisi dan menunda kematangan tomat (supaya tak cepat membusuk). Untuk kanola penghasil oilseed, penelitian terfokus pada perbaikan mutu nutrisi kanola dengan mempertinggi kadar vitamin E atau memodifikasi keseimbangan asam lemak.

Sementara peneliti Swiss dan Jerman, seperti diungkap dalam postnet.com, merekayasa beras penghasil betakaroten, pro-vitamin A. Caranya, dengan menyisipkan dua gen dari jenis bunga bakung dan satu gen dari spesies bakteri ke tanaman padi. Untuk meningkatkan kadar zat besi, ditambahkan gen tanaman buncis. Percobaan "golden rice" ini masih terus berjalan dan akan berlangsung hingga 2003. Sementara itu IRRI telah melakukan uji lapangan perdana bagi tanaman transgenik tahan penyakit karena bakteri. Tidak ketinggalan, pisang direkayasa untuk menghasilkan vaksin yang dapat dimakan untuk melawan penyakit infeksi.

Baru-baru ini dilakukan evaluasi terhadap produk pisang transegenik berisi virus non-aktif (dilemahkan) penyebab kolera, hepatitis B, dan diare (colostate.edu). Sayuran yang ditingkatkan nilainya meliputi tomat transgenik yang dikembangkan Zeneca dan Petoseed sebagai tomat berdaging tebal. Peneliti di Rutgers University melakukan uji tanam terung Bt tahan CPB (colorado potato beetle).

Di Indonesia penelitian dan pengembangan tanaman transgenik masih dilakukan, terutama di tingkat litbang seperti: Deptan, Batan, LIPI, dan BPPT, Balitbio, Balitsa. Komoditasnya meliputi produk dari luar negeri dan produk dalam negeri. Pihak lainnya yang ikut meramaikan rekayasa genetik di bidang pertanian di Indonesia seperti: Monsanto, Novartis, ABSP, ACIAR, ISAA, P3GI, UPBP, Indah Kiat dan IPB (Mardiana, 2002).

Kontra Tanaman Transgenik

Ilmuwan Swiss berpendapat bahwa tanaman Jagung Bt merugikan serangga bermanfaat dan racun Bt terakumulasi dalam tanah sehingga merugikan ekosistem tanah, serta penanaman secara luas varietas Bt mempercepat terjadi evolusi resisten racun Bt pada hama serangga. Sekali hama menjadi resisten terhadap racun Bt, akan sulit mengefektifkan pengendalian hama secara hayati. Tatanan ekosistem dan kelestarian hayati pun akan terganggu.

Menurut Hari Hartiko (dalam Berita Bumi, Juni 2000), pelepasan atau pemanfaatan jenis asing (tanaman rekayasa genetika) di alam terbuka sukar ditangani karena ada kemungkinan penyebaran gen asing (gen yang disisipkan ke dalam tanaman transgenik) berpindah ke tanaman sekerabat yang liar atau mengubah tatanan spesifik atau sifat unggul tanaman transgenik itu sendiri. Seperti pada kasus serbuk sari kanola (Brassica napus) penghasil minyak nabati, yang membuahi kerabatnya dan kerabat jauhnya. Di samping ada kemungkinan produk transgenik dapat mengganggu kesehatan manusia dan ternak.

Perpindahan gen dapat juga terjadi pada uji lapangan, meski di lokasi yang sangat terisolasi untuk mencegah terjadi penyerbukan silang. Karena di alam banyak faktor yang berpengaruh, seperti angin, kupu-kupu, kumbang, tawon, dan burung. Tidak ada jaminan serbuk sari tidak berpindah ke kerabat tanaman itu atau gulma sehingga menjadi lebih kuat karena resisten terhadap hama. Jika kerabat dekat tanaman Bt berupa gulma, bisa-bisa menjadi resisten dan sukar dikendalikan. Terjadinya penyerbukan silang yang akan memindahkan gen-gen asing ke tanaman lain (gulma), bisa memunculkan gulma super yang resisten hama penyakit dan herbisida. Gen-gen pengendali hama yang menyebar ke tanaman liar itu akan melenyapkan secara besar-besaran spesies serangga dan hewan.

Persilangan antara tanaman transgenik dengan tanaman liar sangat mungkin terjadi, seperti dilaporkan Rissler dan Mellon, yaitu antara Brassica napa transgenik dengan kerabat liarnya Brassica campestris, Hirscheldia incana, dan Raphanus raphanistrum (Mae-Wan Ho, 1997).

Secara garis besar, yang dikhawatirkan dari tanaman transgenik adalah:
1. Terjadinya silang luar
2. Munculnya hama target yang tahan terhadap insektisida
3. Munculnya efek samping terhadap hama non target


Daftar Pustaka
Suwanto, Antonius. 2002. Bioteknologi. Pusat penerbitan universitas terbuka. Jakarta
Amirhusin, Bahagyawati. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. Journal Litbang Pertanian.
Susiyanti. 2003. Pro dan Kontra Tanaman Transgenik. Makalah Pribadi. Bogor: ITB
http://id.shvoong.com/tags/tanaman-transgenik
http://pelangiannisa.blogspot.com/2009/12/pembuatan-komposter-dan-biostarter.html
http://www.multiplant.co.cc/
US FDA, Center for Food Safety and Appiled Nutrition, CFS-AN handout: 1995. Berita Bumi, Desember 2000

Not need to know.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar